Menciptakan karyanya untuk membela Allah
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin berharap agar sinergi bangsa dan budayawan Muslim dapat menciptakan karya yang membentengi bangsa dari budaya destruktif.

"Dalam 'multaqa' ini saya berharap tercipta sinergi antarseniman dan budayawan Muslim untuk membentengi bangsa ini dari budaya-budaya destruktif. Sekaligus tercipta kekuatan kreatif yang melahirkan gagasan-gagasan dan karya-karya yang positif bagi bangsa ini," kata Wapres Ma'ruf saat membuka "Multaqa Seniman dan Budayawan Muslim Se-Indonesia, FGD dan Rakornas Lembaga Seni Budaya Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI)" secara virtual, Selasa.

Dalam sejarah peradaban Islam di Indonesia, Wapres menjelaskan bahwa banyak para dai dan mubaligh yang mendakwahkan Islam juga merupakan seniman ulung, atau paling tidak menggunakan seni sebagai wasilah dakwah, tidak terkecuali karya-karya sastra popular yang dikenal belakangan ini.

"Jika kita baca pelan-pelan karya-karya para sastrawan, kita akan menemukan ada banyak jejak pesan dakwah di sana. Puisi-puisi D. Zawawi Imron, Emha Ainun Nadjib dan puisi-puisi Gus Mus sepenuhnya adalah dakwah. Demikian juga kebanyakan puisi Taufiq Ismail yang dilagukan oleh Bimbo," ungkap Wapres.

Mengutip satu hadis, yang diriwayatkan oleh sahabat nabi bernama Al Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhuma. Dalam hadis itu, Nabi Muhammad SAW meminta Hassan bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu agar merangkai syairnya untuk menumbangkan kepongahan para penyair musyrikin yang saat itu sangat gencar menghina dan melecehkan Allah dan Rasul-Nya.

Baca juga: Jelang Sail Tidore, dialog tentang relasi Islam dan budaya digelar

Baca juga: Kurator: Islam punya budaya kaya dan agung


"Menurut saya, ini juga doa bagi semua penyair Muslim, semua sastrawan Muslim, semua seniman Muslim, dan budayawan Muslim yang menulis dan menciptakan karyanya untuk membela Allah dan rasul-Nya, untuk membela kebajikan dan kebenaran," tambah Wapres.

Wapres juga menyebut banyak seniman yang sejatinya adalah juga seorang dai atau memiliki fitrah sebagai penyeru kebajikan.

Misalnya, Raja Ali Haji dari Pulau Penyengat Kepulauan Riau dengan karya Gurindam Dua Belas; K.H. Bisri Mustofa yang tidak hanya menulis Tafsir Al Ibriz tetapi juga menulis syair-syair yang indah dalam bahasa Jawa berjudul "Ngudi Susilo"; dari Semarang ada K.H. Bukhori Masruri yang dinyanyikan oleh Grup Kasidah Nasida Ria seperti "Perdamaian", "Damailah Palestina", dan "Tahun 2000" serta Ketua MUI Pertama Buya Hamka yang adalah seorang ulama yang pujangga dan sekaligus pujangga yang ulama.

Di daerah lain ada juga Ki Asep Sunandar Sunarya, dalang wayang golek terkenal dari Tanah Pasundan maupun Ki Entus Susmono, dalang dari Tegal yang humoris itu sering memasukkan pesan dakwah dalam pagelaran wayang kulit yang didalanginya.

Sebelumnya, Ketua Panitia Acara Multaqa Seniman dan Budayawan Muslim Se-Indonesia, FGD dan Rakornas Lembaga Seni Budaya Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Erick Yusuf menyampaikan tujuan acara ini sebagai media kolaborasi antarpihak terkait untuk memberikan solusi masyarakat melalui seni dan budaya.

"Acara ini selain silaturahim juga merapatkan barisan menyatukan semuanya, seniman, budayawan, para alim ulama, praktisi untuk bersama-sama bisa saling berkolaborasi dan bersinergi bisa menguraikan permasalahan keumatan dari sisi seni budaya," ujar Erick.

Hadir dalam acara ini, di antaranya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi, Ketua MUI Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam Jeje Zainudin M.A., serta para pelaku seni dan budayawan.

Sementara, Wapres didampingi oleh Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Masduki Baidlowi, Tim Ahli Wapres Iggi Haruman Achsien, serta Asisten Staf Khusus Wapres Sholahudin Al Aiyub.


Baca juga: Banda Aceh bakal miliki museum sejarah keislaman Aceh

Baca juga: Arsitektur (Hindu) Bali di Masjid Al-Hikmah Soka-Denpasar

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022