Jakarta (ANTARA) - Sejumlah ilmuwan dari China dan Amerika Serikat (AS) berhasil mengembangkan dua koktail antibodi penangkal COVID-19 yang berpotensi menghasilkan "pukulan ganda" untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh varian Omicron yang sedang menyebar luas.

Koktail antibodi merupakan campuran cairan yang memiliki dua sumber antibodi. 

Baca juga: Jubir COVID-19: Anak perlu diajarkan disiplin prokes selama PTM

Tim peneliti dari Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, Akademi Ilmu Pengetahuan China, dan Universitas Pusat Ilmu Kesehatan Texas di San Antonio, AS, merancang nanobodi bivalen yang dapat memberikan perlindungan berspektrum luas dari sejumlah variant of concern (VOC) SARS-CoV-2, termasuk Omicron.

Varian-varian dengan mutasi adaptif ini menyebabkan wabah baru bahkan di kalangan populasi yang telah divaksinasi.

Dalam dua pengobatan eksperimental terbaru, para peneliti menggabungkan sebuah antibodi yang disebut aRBD-2 dengan dua antibodi lainnya, yang masing-masing bernama aRBD-5 dan aRBD-7, menurut studi yang baru-baru ini dipublikasikan dalam jurnal Cell Research itu.

Pendeteksian struktur kristal mengungkap bahwa ketiga nanobodi itu dapat menetralkan virus corona dengan cara mengikatkan diri ke lokasi yang sangat terlindungi di dalam duri-duri protein (protein spikes) pada virus tersebut, menurut penelitian itu.

Lebih lanjut, aRBD-5 dan aRBD-7 mampu mengikatkan diri ke lokasi dengan tingkat perlindungan yang lebih rendah pada protein virus tersebut, sehingga dapat secara efektif meningkatkan afinitas pengikatan keseluruhan dari antibodi "2-in-1" ini.

Pengujian seluler menunjukkan bahwa kedua campuran nanobodi ini, yakni aRBD-2-5 dan aRBD-2-7, mempertahankan aktivitas netralisasi yang kuat saat melawan semua varian utama yang telah diuji, termasuk Omicron BA.1, BA.1.1, dan BA.2.

Pada tubuh model hamster emas Suriah, aRBD-2-5 dapat mengeliminasi virus Omicron BA.1, sebut penelitian itu.

Strategi ini memberikan solusi baru dalam pengembangan antibodi terapeutik berspektrum luas untuk COVID-19, kata para peneliti, demikian Xinhua melansir pada Senin (1/8).


Baca juga: Kasus meningkat, pegawai di Karawang diminta segera vaksin booster

Baca juga: Masyarakat diminta segera booster kurangi kematian akibat COVID-19

Baca juga: Biden desak langkah pencegahan penyebaran Omicron BA.5 di AS

 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022