Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) menjadi salah satu yang mendongkrak operasional manufaktur Indonesia  pada Juli 2022 menurut data terkini S&P Global.

“Peningkatan PMI manufaktur pada Juli 2022 dibanding bulan sebelumnya menunjukkan kondisi ekonomi yang semakin stabil serta meningkatnya realisasi komitmen penggunaan produk dalam negeri,” kata Menperin lewat keterangannya di Jakarta, Selasa.

Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia di periode tersebut mencapai 51,3, naik dari 50,2 di bulan sebelumnya di tengah penurunan indeks tersebut di berbagai negara di Asia, seperti China yang turun dari 51,7 pada Juni 2022 menjadi 50,4 pada Juli 2022.

Angka PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2022 cenderung lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, termasuk dengan Malaysia yang Malaysia naik dari 50,4 pada Juni 2022 menjadi 50,6. Beberapa negara mengalami penurunan seperti Vietnam turun dari 54,0 menjadi 51,2, dan Filipina juga turun dari 53,8 menjadi 50,8. Sementara itu negara Asia lainnya seperti Korea Selatan turun dari 51,3 menjadi 49,8, sedangkan Taiwan dari 49,8 turun menjadi 44,6.

Peningkatan PMI manufaktur Indonesia didukung naiknya permintaan domestik yang mempengaruhi peningkatan tertinggi tenaga kerja pada pengumpulan data PMI selama lebih dari sebelas tahun.

Kondisi ini didukung dengan tekanan inflasi yang dilaporkan berkurang pada awal triwulan ketiga serta kenaikan biaya input dan biaya output yang lebih rendah selama lebih dari setahun.

Baca juga: PMI Manufaktur Juli kembali naik, berada di level ekspansif 51,3

Meningkatnya PMI manufaktur pada Juli lalu memperkuat tingkat optimisme perusahaan manufaktur terkait perkiraan output 12 bulan mendatang.

Menurut rilis S&P Global, harapan yang lebih besar tersebut didukung oleh harapan kestabilan harga dan kenaikan pesanan baru.

Menperin menambahkan meningkatnya PMI manufaktur Indonesia dibanding negara lain didukung oleh peningkatan permintaan dalam negeri, antara lain konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, dan belanja antar-sektor.

Di antara ketiganya, laju peningkatan belanja pemerintah yang didorong oleh Program P3DN menunjukkan peningkatan terbesar. Peningkatan pesanan pemerintah atas produk-produk manufaktur, terutama di sektor tekstil dan produk tekstil dan mesin peralatan elektronik.

Selain itu pesanan domestik juga naik dengan adanya momen tahun ajaran baru pada  Juli, dan sebelumnya musim liburan yang menumbuhkan industri pariwisata sehingga meningkatkan permintaan produk minuman.

“Kemudian, juga terdapat permintaan yang berasal dari sesama industri, seperti untuk produk baja dan alat berat untuk kebutuhan pertambangan,” jelas Menperin.

Realisasi belanja pemerintah maupun BUMN dan BUMD juga meningkatkan keyakinan perusahaan industri mengenai tingkat output mendatang. Hal ini karena perusahaan telah menerima komitmen dari pemerintah untuk merealisasikan belanja.

Melalui Program P3DN, kementerian/lembaga, BUMN, BUMD, juga swasta didorong untuk berkomitmen menggunakan produk dalam negeri. Pemerintah menargetkan Rp400 triliun dari total belanja pemerintah pusat dan daerah dapat diserap oleh produk dalam negeri dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). 

Baca juga: Kemenkeu: Pemulihan domestik faktor utama kinerja positif manufaktur

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022