Kita masih memiliki peluang besar seiring masih relatif tingginya harga komoditas ekspor
Jakarta (ANTARA) - Ketua Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Said Abdullah mengatakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai level lima persen di tahun 2023 jika inflasi mampu dikelola dengan baik.

Dengan inflasi yang terkendali dengan baik, maka permintaan domestik (konsumsi rumah tangga) sebagai pilar penting pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini akan terjaga.

"Kita masih memiliki peluang besar seiring masih relatif tingginya harga komoditas ekspor," kata Said dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu.

Oleh sebab itu, ia menilai porsi ekspor dalam mendorong permintaan perlu terus ditingkatkan agar tidak semata-mata mengandalkan permintaan domestik. Dengan begitu inilah saatnya melakukan transformasi ekonomi untuk lebih outward looking.

Indonesia dinilai tak boleh mengandalkan ekspor dengan hanya bertumpu pada komoditas, sehingga program hilirisasi harus mulai tampak kontribusinya pada produk ekspor baru.

Selama tahun 2014-2019, Said menuturkan Indonesia baru menghasilkan 17 produk ekspor baru. Sementara Vietnam sudah sebanyak 48, Thailand 30, dan Malaysia 30 produk ekspor baru.

Dari sisi investasi, kata dia, perlu didorong pada mesin-mesin dan peralatan, serta hak kekayaan intelektual. Pengeluaran untuk barang modal atau PMTB selama ini sebanyak lebih dari 70 persen didominasi oleh bangunan, sedangkan kontribusi mesin, peralatan, dan hak kekayaan intelektual masih rendah.

"Lantaran konsentrasi investasi masih pada sektor bangunan, akibatnya daya dukung produksi barang belum memadai, ditambah sumber daya manusia yang belum mumpuni dan tingginya biaya logistik. Hal ini menjawab persoalan mengenai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) kita masih tinggi di level 6,24 pada tahun lalu," ujarnya.

Ia pun berpendapat menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 turut menjadi senjata utama pemerintah agar memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang lebih kuat karena pada tahun depan defisit anggaran harus kembali ke bawah level tiga persen produk domestik bruto (PDB).

Senjata lainnya yakni dengan menjaga surplus perdagangan yang ditopang dari ekspor baru dan manufaktur, penerimaan perpajakan yang baik, inflasi yang terkendali, serta meningkatkan investasi khususnya pada sektor primer.

Jika Indonesia mampu disiplin dalam mengelola target, cepat melakukan mitigasi atas berbagai dinamika sosial, ekonomi, politik dan keamanan, serta berkaca dari kemampuan pemulihan di tahun 2021, maka Said memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan akan mencapai 5,2 persen sampai 5,5 persen dan inflasi 2 persen sampai 4 persen.

Kemudian nilai tukar rupiah di antara Rp14.400 per dolar AS hingga Rp14.700 per dolar AS, suku bunga Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun di level 7,3 persen sampai 9 persen, serta harga minyak mentah Indonesia (ICP) 90 dolar AS sampai 100 dolar AS per barel.

Lebih lanjut, lifting minyak bumi diperkirakan sebanyak 650 ribu sampai 680 ribu barel per hari dan lifting gas bumi 1,04 juta hingga 1,15 juta barel setara minyak per hari.


Baca juga: Kadin nilai ekonomi Indonesia masih jadi yang terbaik setelah pandemi
Baca juga: Wamenkeu: Pemerintah mulai cari sumber pertumbuhan ekonomi baru
Baca juga: Airlangga: Pemerintah jaga pertumbuhan ekonomi RI di atas 5 persen

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022