Jakarta (ANTARA) - Pemanfaatan pemengaruh (influencer) sebagai media pemasaran semakin digandrungi oleh brand dari berbagai industri.

Seperti halnya, pemanfaatan pemengaruh secara masif yang dilakukan oleh brand makanan dan minuman seperti Cimory Yogurt Squeeze dan Kanzler, hingga kolaborasi brand bersama artis Korea yang dilakukan oleh brand kecantikan Scarlett bersama Song Joong-Ki dan brand investasi Ajaib bersama Lisa BLACKPINK.

Baca juga: Tips jadi beauty vlogger ala Tasya Farasya

"Pada akhirnya penggunaan influencer untuk merekomendasikan produk jadi salah satu strategi pemasaran yang digunakan oleh brand. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas dari penggunaan influencer itu sendiri. Riset ini bertujuan untuk mengetahui apakah rekomendasi yang diberikan dapat benar-benar mempengaruhi masyarakat untuk membeli suatu produk", ujar Aniza Nurfebriany selaku Manager MarkPlus, Inc dalam siaran resmi, Rabu.

MarkPlus melaksanakan survei WOW Influencer. Bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan masyarakat terhadap rekomendasi pemengaruh, survei ini melibatkan 1000 warganet di Indonesia dengan persebaran geografis Jabodetabek (34 persen), Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (20 persen), Jawa Timur (17 persen), Jawa Barat dan Banten (17 persen), Sumatera (7 persen), Kalimantan (2 persen), Bali, NTB dan NTT (2 persen), serta Sulawesi (1 persen).

Baca juga: Rahasia tampil cantik ala Tasya Farasya dan Abel Cantika

Dalam mengukur performa pemengaruh, MarkPlus menggunakan dua matriks diantaranya Influencer Credibility Ratio, yaitu persentase warganet yang mengetahui dan mempercayai rekomendasi pemengaruh tersebut dan Influencer Follow Ratio yaitu persentase warganet yang mengetahui dan akhirnya mengikuti (follow) pemengaruh tersebut di media sosial.

Saat ini RANS Entertainment menduduki tingkat kredibilitas paling tinggi dengan nilai 0.56, selisihnya tak jauh dengan nilai yang diperoleh Tasya Farasya yang piawai di bidang kecantikan dan tata rias yaitu 0.54, yang kemudian disusul oleh Fadil Jaidi pada angka 0.33.

“Dengan data ini para brand tentunya dapat mempertimbangkan influencer mana yang akan dipilih untuk mempromosikan produknya. Brand dapat mengetahui bagaimana tingkat kepercayaan masyarakat terhadap influencer, produk yang dianggap sering direkomendasikan oleh para influencer, hingga karakteristik yang dimiliki influencer menurut masyarakat", ujar Yosanova Savitry, Deputy CEO
MarkPlus, Inc.



Baca juga: Seluk-beluk trik pemasaran gaet "influencer"

Baca juga: Mengenal "nano influencers" yang kian digemari

Baca juga: Meneropong masa depan ekonomi kreator

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022