pelajar di seluruh dunia, terlepas jenjang dan usia, mengalami learning loss
Jakarta (ANTARA) - Pertemuan ketiga Kelompok Kerja Pendidikan G20 (G20 Education Working Group/EdWG) membahas agenda solidaritas dan kemitraan serta masa depan dunia kerja pasca COVID-19.

Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, Ketua EdWG G20 (Chair of the G20 EdWG) Iwan Syahril mengatakan pandemi semakin menyadarkan akan adanya kebutuhan mendesak untuk mentransformasi sistem pendidikan, tidak hanya di skala nasional tetapi juga global. "Di masa pandemi, pelajar di seluruh dunia, terlepas jenjang dan usia, mengalami learning loss. Ditambah lagi, ada juga pelajar yang sama sekali tidak mendapatkan akses terhadap pendidikan selama pandemi," katanya.

Hal itu menurut Iwan Syahril, secara substansial mempengaruhi proses belajar dan dapat menghambat para pelajar untuk meraih mimpi.

Baca juga: Sherpa G20 bahas empat isu prioritas pendidikan
Baca juga: Maudy Ayunda sebut EdWG G20 penting rumuskan sistem SDM siap kerja

Pada pertemuan ketiga EdWG G20 yang berlangsung pada 27-28 Juli 2022, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) turut mengundang kelompok pelibatan (engagement group) seperti Civil20 dan Think20; organisasi internasional seperti UNICEF, UNESCO, dan OECD; serta Kelompok Kerja Bidang Ketenagakerjaan G20 (G20 Employment Working Group/EWG).

Kehadiran para perwakilan ini bertujuan untuk menyampaikan informasi terbaru kepada EdWG G20 agar pembahasan agenda prioritas G20 bidang pendidikan semakin relevan dengan aspirasi pemangku kepentingan bidang pendidikan dan ketenagakerjaan yang lebih luas

Dalam pertemuan ini, UNESCO memaparkan G20 Skills Strategy yang dikembangkan bersama EWG G20 untuk mendukung pendekatan pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning approach).

Baca juga: Ketua EdWG G20: Pendidikan harus fokus pada kompetensi fundamental
Baca juga: Ketua EdWG G20 : Transformasi pendidikan siapkan SDM unggul ke depan

The Director of the Division for Policies and Lifelong Learning Systems, UNESCO, Borhene Chakroun menjelaskan bahwa sistem pendidikan tidak hanya menjawab transisi lapangan pekerjaan, tetapi dapat membentuk kebutuhan lapangan pekerjaan.

Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan cara mengubah pedagogi (changing pedagogy), mengadaptasi kurikulum (adapting curricula), meningkatkan peran guru (upgrading the role of teachers), melindungi dan reimajinasi sekolah (protecting and reimagining schools), serta mempromosikan ruang belajar baru (promoting new learning spaces).

Masukan dari UNESCO tersebut tengah bergulir di Indonesia melalui berbagai terobosan Merdeka Belajar. Antara lain melalui Kurikulum Merdeka, Asesmen Nasional. berbagai kebijakan yang berpusat pada guru seperti Guru Penggerak dan Platform Merdeka Mengajar, serta Sekolah Penggerak.

“Berbagai sudut pandang yang bermanfaat untuk memulihkan sektor pendidikan disampaikan melalui kesempatan berdiskusi bersama kelompok kerja dan organisasi internasional di luar EdWG G20," katanya.

​​​​​​Ia berharap semua pihak dapat belajar dari pengalaman dan informasi yang dibagikan, serta menjadikannya sebuah inspirasi untuk mengembangkan pendekatan terbaik untuk mentransformasi sistem pendidikan.

Baca juga: UNESCO dorong pelibatan prinsip gotong royong dalam laporan EdWG

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022