Malang (ANTARA) - Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) masih berfokus dalam upaya memperluas lahan tanaman tebu untuk memperkuat industri gula nasional menuju swasembada komoditas itu pada tahun 2025.

"Kami masih fokus untuk memperluas lahan tebu, paling tidak 75 ribu hektare lagi untuk memenuhi pasokan tebu ke pabrik gula. Namun, sampai saat ini masih kami cari di wilayah mana yang cocok dan masih memungkinkan," kata Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA, I Gusti Ketut Astawa di sela menghadiri Rapat Pleno Asosiasi Gula Indonesia (AGI) di PG Kebon Agung Malang, Jawa Timur, Kamis.

Selain program perluasan lahan tanaman tebu, katanya, tata kelola gula nasional melalui regulasi yang tepat serta kolaborasi dengan asosiasi dan pelaku usaha juga menjadi fokus NFA.

Ia mengaku NFA diberi kewenangan melalui Perpres No.66 Tahun 2021, untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan, seperti stabilisasi harga dan distribusi pangan, penetapan kebutuhan ekspor dan impor pangan, besaran jumlah cadangan pangan pemerintah, serta harga pembelian pemerintah.

Ia mengatakan kewenangan ini menjadi pintu masuk bagi NFA untuk berperan aktif melakukan pembenahan tata kelola gula nasional secara in line melalui pola integrasi hulu-hilir yang solid, salah satunya dengan rumusan kebijakan penetapan harga acuan penjualan dan harga pembelian (HAP) tingkat petani.

Saat ini harga pembelian gula kristal putih di tingkat petani sebesar Rp11.500/kg, penetapan tersebut berdasarkan keputusan bersama NFA dengan Kementerian Perdagangan melalui Surat Edaran No 6 Tahun 2022. Sedangkan harga acuan penjualan gula kemasan sebesar Rp13.500/kg, dan harga acuan penjualan gula kemasan di wilayah Indonesia Timur sebesar Rp14.500/kg.

"Untuk komoditas gula, Asosiasi Gula Indonesia (AGI) menjadi mitra strategis dalam memberikan masukan kebijakan terkait gula nasional,” ujarnya.

Ia berharap, AGI bersama-sama NFA dapat berkolaborasi menjadi penghubung antar-pemangku kepentingan guna merumuskan solusi bagi perbaikan industri gula nasional, dari mulai perumusan harga acuan hingga pembenahan on farm dan off farm.

Terwujudnya swasembada gula pada 2025 dan diimbangi dengan tata kelola yang baik, diharapkan tidak akan terjadi kelangkaan gula. "Kondisi itu harus kita antisipasi, apalagi perang Rusia dan Ukraina juga akan berdampak. Ini yang harus kita antisipasi," ujarnya.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, kinerja lahan tebu Tanah Air dilaporkan membaik. Menurut data Kementan, terjadi peningkatan area seluas 36 ribu hektare selama 2019-2021, dari 411 ribu ha menjadi 447 ribu ha.

Kementan juga mencatat ada penambahan luas lahan tebu seluas 5.000 ha pada kurun waktu 2021-2022, sejalan dengan tren tersebut, produksi gula di Indonesia pada 2021 juga meningkat secara tahunan.

Pada 2021, produksi gula kristal putih untuk kebutuhan rumah tangga mencapai 2,35 juta ton. Pada 2020 mencapai 2,13 juta ton. Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi gula Tanah Air bisa mencapai 2,5 juta ton yang diharapkan bisa terealisasi dengan adanya penambahan luas lahan.

Hanya saja, produksi gula kristal putih di Indonesia masih defisit. Kebutuhan gula konsumsi di Indonesia mencapai 3,2 juta ton, sehingga ada defisit sebesar 850.000 ton.

Dia menambahkan, pemerintah melakukan intensifikasi melalui identifikasi lahan baru potensial di sejumlah lokasi hang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi gula konsumsi.

Sementara itu, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan peran asosiasi dalam tata kelola gula nasional sangat penting.

Ia berpesan agar asosiasi turut mendorong kolaborasi antara pabrik gula (PG) BUMN dan swasta. “Saat ini adalah eranya kolaborasi, bukan persaingan yang dampaknya kerap mematikan salah satu pihak. Kolaborasi antara PG BUMN dan swasta sangat penting, apalagi di tengah keterbatasan bahan baku tebu. Sudah saatnya kita semua saling bersinergi,” ujarnya.

Berdasarkan data AGI, di Jawa Timur saat ini terdapat 30 pabrik gula yang beroperasi, dengan total kapasitas 143.350 ton cane per day (TCD). Terdiri atas 7 PG PTPN, 4 PG milik ID FOOD, dan 4 PG swasta. Jumlah tersebut adalah yang terbanyak di antara provinsi lainnya.

Baca juga: APTRI: Semua pabrik gula milik BUMN harus direvitalisasi

Baca juga: Wapres: Komitmen pemerintah revitalisasi industri gula tak surut

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022