Jakarta (ANTARA) - Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Puji Lestari mengatakan peningkatan adopsi padi hibrida dapat meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia dalam rangka mendukung ketahanan pangan di Tanah Air.

"BRIN siap bergandeng tangan dengan Kementerian Pertanian untuk mendukung program-program pengembangan yang diamanatkan di direktorat teknis dan pelaku bisnis perbenihan dalam komersialisasi teknologi-teknologi yang dibutuhkan dalam proses pengembangan hibrida ini," kata Puji dalam keterangan yang diakses di laman resmi BRIN di Jakarta, Jumat.

Beberapa peneliti melaporkan padi hibrida mampu memberikan hasil 1-1,5 ton per hektare, atau 20-30 persen lebih tinggi dibanding varietas inbrida.

Padi hibrida yang dikembangkan dengan memanfaatkan fenomena heterosis secara genetik dapat digunakan sebagai alternatif teknologi dalam upaya meningkatkan produktivitas nasional.

Baca juga: BRIN dukung pengembangbiakan burung paruh bengkok di Cibinong

Heterosis dalam genetika merupakan efek perubahan pada penampilan keturunan persilangan (blaster) yang secara konsisten berlainan dari penampilan kedua tetuanya.

Puji mendorong berbagai riset dan kerja sama untuk meningkatkan produktivitas dan adopsi teknologi padi hibrida di berbagai daerah sehingga dapat menjadi salah satu jalan untuk mempertahankan swasembada beras nasional.

Dengan meningkatnya hasil pertanian melalui adopsi teknologi padi hibrida, diharapkan pada gilirannya dapat mendukung Indonesia untuk menjadi negara pengekspor beras dan mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.

Untuk itu, kegiatan riset perlu ditingkatkan untuk semakin meningkatkan jumlah dan produktivitas varietas padi hibrida untuk digunakan para petani di Indonesia.

Baca juga: BRIN percepat komersialisasi hasil riset dan inovasi

BRIN mengajak berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam menghasilkan teknologi dari varietas hibrida dan produksi benihnya, teknologi budidaya, manajemen hama dan penyakit hingga pengelolaan pascapanen.

Dalam analisa Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, rata-rata produktivitas padi nasional mencapai 50,44 kuintal per hektar, di mana produktivitas padi sawah yang menggunakan varietas benih hibrida mencapai hasil lebih tinggi dibandingkan benih inbrida.

Namun demikian, rata-rata produktivitas nasional mencapai 5,2 ton per hektar pada 2021. Untuk itu, produktivitas padi nasional masih perlu ditingkatkan untuk menjamin keberlangsungan pemenuhan kebutuhan beras domestik dan stok pangan nasional.

Puji menuturkan adopsi varietas padi hibrida dilaporkan masih rendah, yakni hanya mencapai 10,07 persen dari total luasan padi sawah di Indonesia.

Itu menjadi tantangan bersama bagi semua pihak termasuk periset dan pelaku bisnis padi untuk saling menguatkan dalam mendukung program peningkatan adopsi padi hibrida di Indonesia.

Puji mengatakan pengembangan padi hibrida di Indonesia masih perlu didorong lebih maju.

Kebutuhan benih F1 padi hibrida untuk memenuhi lima persen dari total luas tanam di Indonesia saja atau setara dengan 600 ribu hektar, memerlukan 9 ribu ton per tahun.

Hal itu dinilai akan sangat berat jika hanya difokuskan pada 5-10 varietas hibrida saja.

Oleh karenanya, perlu dukungan varietas padi hibrida dengan potensi hasil tinggi yang lebih banyak. Apalagi, jika Indonesia akan meningkatkan luas tanam padi hibrida di atas 10 persen total luas lahan padi.

BRIN diharapkan dapat menjadi jembatan dalam sinergi antarpemangku kepentingan baik periset, perusahaan swasta, petani, dan akademisi untuk melakukan kegiatan seperti peningkatan kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan plasma nutfah, dan kerja sama dengan instansi internasional.

Baca juga: Mikroplastik meningkat di muara sungai ke Teluk Jakarta saat pandemi

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022