Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Amerika Serikat (AS) pada Kamis (4/8) menyatakan cacar monyet (monkeypox) sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat, lebih dari sepekan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah itu sebagai kedaruratan global.

Baca juga: Kanada konfirmasi 890 kasus cacar monyet

"Kami siap meningkatkan respons kami ke level berikutnya dalam menangani virus ini dan kami mendesak setiap warga Amerika untuk menganggap serius cacar monyet," kata Xavier Becerra, Sekretaris Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (Health and Human Services/HHS) AS, kepada awak media dalam sebuah taklimat pers.

Hingga Kamis, AS telah mengonfirmasi lebih dari 6.600 kasus cacar monyet, hampir 25 persen dari total 25.800 kasus di seluruh dunia sejauh ini.

Status kedaruratan kesehatan masyarakat dapat memungkinkan pendanaan hibah dan membuka lebih banyak sumber daya untuk berbagai aspek respons federal. Hal ini juga memungkinkan sekretaris HHS menandatangani kontrak untuk pengobatan serta suplai dan peralatan medis lain yang diperlukan, mendukung layanan rumah sakit darurat, dan sebagainya.

Baca juga: Satgas IDI: Cacar monyet kemungkinan sudah ada di Indonesia

New York, California, dan Illinois, tiga negara bagian yang berada di peringkat teratas dalam jumlah kasus terkonfirmasi cacar monyet di AS, telah mengumumkan status keadaan darurat sebagai respons terhadap wabah tersebut. Sejumlah kota, termasuk New York City, San Francisco, dan Los Angeles, juga telah menyampaikan deklarasi darurat sendiri.

Terlepas dari pengumuman resmi yang disampaikan pada Kamis, para pejabat HHS tetap berharap dapat mencegah cacar monyet menjadi endemi di negara itu.

"Kami terus mengumpulkan berbagai instrumen yang kami butuhkan untuk memastikan bahwa kita dapat menangani cacar monyet dan mencegahnya menyebar hingga menjadi endemi," kata Becerra pada Kamis. "Seharusnya tidak ada alasan mengapa kita tidak dapat menangani penyakit ini jika kita semua bekerja sama," imbuhnya.
 
   Namun, sejumlah pakar memperingatkan bahwa wabah itu tidak akan bisa dibendung jika pihak otoritas tidak bergerak lebih cepat dan efektif


Gregg Gonsalves, seorang ahli di bidang pemodelan kebijakan tentang penyakit menular dan penggunaan zat dari Universitas Yale, menyebut Becerra "pembohong" di akun Twitter resminya pada Rabu (3/8) setelah sekretaris HHS itu menggembar-gemborkan bahwa pihak otoritas telah "membuat vaksin, tes, dan pengobatan dalam jumlah yang jauh melampaui apa yang dibutuhkan saat ini, tersedia untuk semua yurisdiksi yang mengelola sistem kesehatan masyarakat mereka."

Baca juga: 11 kasus cacar monyet di Singapura, KKP Batam tingkatkan pengawasan

"Sayangnya, aksi yang tertunda berarti cacar monyet telah menyebar di komunitas gay dan di antara para pria yang berhubungan seks dengan sesama pria," kata Direktur Eksekutif Koalisi Nasional Direktur Penyakit Menular Seksual (Sexually Transmitted Diseases/STD) David Harvey kepada surat kabar Guardian pada Senin (1/8).

"Wabah ini telah berkembang menjadi krisis kesehatan masyarakat di Amerika. Kita masih dalam situasi yang sangat kacau di tingkat negara bagian dan daerah dengan respons yang terorganisasi," katanya.

Para advokat dan anggota parlemen menyerukan agar pemerintahan Biden menghapus hambatan untuk mengakses TPOXX, yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) AS sebagai pengobatan untuk penyakit cacar manusia yang disebabkan oleh virus variola pada orang dewasa dan anak-anak, untuk mengurangi penyebaran cacar monyet.

Saat ini, jika sebuah lembaga penyedia layanan kesehatan ingin mencoba menggunakan TPOXX pada pasien cacar monyet, mereka harus mendapatkan persetujuan khusus melalui Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan program "Investigational New Drug" (obat baru dalam penelitian) badan tersebut. Selesai




Baca juga: Ditelusuri, kontak erat suspek cacar monyet di Jateng

Baca juga: Kemenkes: Sampel oropharings suspek Monkeypox di Jateng negatif

Baca juga: Hoaks! Cacar monyet bisa menginfeksi orang dari jarak 8 KM

Penerjemah: Xinhua
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022