Melbourne (ANTARA) - Harga minyak merosot di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, di tengah kemajuan terbaru dalam pembicaraan terakhir untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015, yang akan membuka jalan untuk meningkatkan ekspor minyak mentahnya di pasar yang ketat.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 27 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 96,38 dolar AS per barel pada pukul 00.27 GMT, memangkas kenaikan 1,8 persen dari sesi sebelumnya.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 24 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 90,52 dolar AS per barel, setelah terangkat 2,0 persen di sesi sebelumnya.

"Momok kesepakatan nuklir AS-Iran terus melayang di atas pasar," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.

Uni Eropa pada Senin (8/8/2022) malam mengajukan teks "final" untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015, menunggu persetujuan dari Washington dan Teheran. Seorang pejabat senior Uni Eropa mengatakan keputusan akhir tentang proposal itu diharapkan dalam "sangat, sangat beberapa minggu".

"Sementara rincian seputar waktu dimulainya kembali ekspor minyak Iran tetap tidak pasti bahkan jika kesepakatan itu dihidupkan kembali, tentu ada ruang bagi Iran untuk meningkatkan ekspor minyak secara relatif cepat," kata analis Commonwealth Bank, Vivek Dhar dalam sebuah catatan.

Dia mengatakan Iran dapat meningkatkan ekspor minyaknya sebesar 1 juta-1,5 juta barel per hari, atau hingga 1,5 persen dari pasokan global, dalam enam bulan.

"Kebangkitan kembali perjanjian nuklir 2015 kemungkinan akan membuat harga minyak turun tajam mengingat pasar mungkin tidak percaya kesepakatan akan tercapai," kata Dhar.

Namun, tanda-tanda bahwa permintaan mungkin tidak akan berkurang sebanyak yang ditakutkan menjaga harga di pasar untuk saat ini, menyusul data perdagangan yang lebih kuat dari perkiraan dari China pada akhir pekan dan percepatan mengejutkan dalam pertumbuhan lapangan kerja AS pada Juli.

Pedagang akan mengawasi data persediaan minyak mingguan AS, pertama dari American Petroleum Institute (API) pada Selasa dan kemudian Badan Informasi Energi AS pada Rabu (10/8/2022).

Lima analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS turun sekitar 400.000 barel dan stok bensin juga turun sekitar 400.000 barel dalam seminggu hingga 5 Agustus, sementara persediaan sulingan, yang meliputi solar dan bahan bakar jet, tidak berubah.


Baca juga: Minyak melonjak hampir dua persen didorong data ekonomi yang kuat
Baca juga: Minyak turun karena kekhawatiran resesi, pemulihan lambat impor China
Baca juga: Harga minyak menguat, namun catat kerugian mingguan yang tajam

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022