Saya bangga melihat beliau manakala memimpin pelepasan dengan memegang penyu
Denpasar (ANTARA) - Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang puncaknya akan dihadiri pimpinan-pimpinan negara terkait, masyarakat makin menunjukkan dukungannya. Salah satunya Konservasi Penyu Dwarawati yang dikelola oleh warga kawasan Pantai Sindhu, Denpasar, Bali.

Di lokasi konservasi hasil swadaya masyarakat dan donasi itu telah disiapkan 24 penyu berukuran 20 centimeter yang ditujukan kepada Presiden RI Joko Widodo untuk dilepas saat KTT G20 pada puncaknya November 2022 mendatang.

"Saya ingin berpartisipasi, bapak presiden sebagai pimpinan G20 jadi saya bangga melihat beliau manakala memimpin pelepasan dengan memegang penyu hasil pembesaran konservasi kami," kata Ketua Konservasi Penyu Dwarawati I Made Winarta (47).

Saat ini komunitas cetusan Made Winarta telah menyiapkan 24 penyu berusia 1,5 tahun yang nantinya saat G20 diperkirakan akan berusia dua tahun, pemilihan usia tersebut menurutnya sesuai dengan upaya pemerintah Indonesia dalam mewujudkan upaya pelestarian penyu yang tak sekadar melepas ketika masih berwujud tukik.

"Mereka ini penyu satu induk yang sama. Kalau lepas penyu lumayan ada pembesaran sebagai nilai dari merawat dan membesarkan. Kalau lebih besar lagi takut susah dipegang dan ada tanggapan internasional kalau ini penyu tangkapan padahal hasil pembesaran. Tapi ya daripada melepas tukik saja," kata Winarta.

Jenis penyu yang akan diberikan pihak konservasi kepada pemerintah untuk G20 adalah penyu lekang. Jenis ini adalah satu dari tiga jenis yang dilestarikan dan banyak ditemukan.

"Ini jenis penyu lekang, penyu asli Sanur yang ada di sepanjang pantai, jadi saya melakukan pelestarian dari telor, kemudian diselamatkan dan menetas disini," ujarnya sembari menambahkan dua penyu konservasi lainnya adalah jenis penyu hijau dan penyu sisik namun jumlahnya tak begitu banyak.

Ratusan penyu dirawat dan dibesarkan di Pantai Sindhu, dapat dikatakan upaya ini dilakukan oleh Ketua Konservasi Penyu Dwarawati sendiri lantaran lambat laun anggota kelompok semakin berkurang, sehingga dirinya harus mengelola seorang diri dengan bantuan donasi dari wisatawan yang berkunjung.

Baca juga: Penyu dan tukik dicuri dari Konservasi Penyu Sindu Dwarawati

Baca juga: Dilema konservasi penyu di Bali


Tak sedikit kesulitan yang dialami Winarta, selama membesarkan penyu-penyu tersebut utamanya saat pasir pantai berisi calon tukik, pengunjung pantai kerap menginjak tanpa mengetahui bahwa terdapat telur penyu didalamnya, alhasil ratusan telur rusak dan mati.

Masalah selanjutnya adalah ketika tukik menetas namun terganggu sinar cahaya dan kebisingan dari hotel dan restoran di sepanjang pantai, mereka akhirnya salah navigasi dan menuju sumber cahaya bukan ke arah laut, hingga akhirnya mati dimakan hewan lainnya seperti anjing.

Konservasi Penyu Dwarawati ini sebelumnya berdiri di pinggir Pantai Sindhu dengan bangunan bedeg atau semi permanen sebelum akhirnya Pemerintah Kota Denpasar melakukan revitalisasi kawasan pantai dan menyulap tempat itu menjadi indah, rapi dan lebih luas.

Di depan lokasi konservasi kini terpampang plang nama dan patung penyu raksasa penanda agar wisatawan tak terlewat wisata edukasi satu ini. Terbukti kini sekitar 200 hingga 300 pengunjung hari biasa dan 1.000 pengunjung hari libur datang dalam sehari untuk melihat budidaya penyu khas Sanur.

Penyu-penyu tersebut setelah lahir tak serta merta dilepas ke laut, namun dibesarkan dengan metode yang dipelajari Winarta 15 tahun terakhir.

Selama dua tahun para penyu diberikan makan ikan cincang, setelah itu insting mereka diuji. Penyu-penyu tersebut akhirnya terbiasa untuk tidak memakan daun pohon atau apapun yang tidak dimakan manusia, nantinya setelah dilepas ke laut maka kecil potensi hewan dilindungi tersebut memakan plastik atau sampah laut lainnya.

Ini sekaligus menjadi upaya Winarta dalam melindungi spesies penyu yang seharusnya hidup ratusan tahun, ditambah lagi penyu lekang merupakan hewan yang paling umum dijumpai masyarakat Bali.

Kecintaan pria asal Sindhu Kaja terhadap penyu dan lingkungan ini didapatnya sejak awal melihat dua ekor penyu naik ke daratan. Ia dan beberapa rekannya memutuskan membuat konservasi secara swadaya hingga akhirnya bertahan menjadi pengelola konservasi hingga saat ini.

Dengan kondisi konservasi yang kian membaik ini akhirnya Winarta ingin menunjukkan makna penyu ke hadapan internasional, melalui pelepasan yang ia harapkan dapat diterima Presiden Jokowi.

"Waktu itu kebetulan presiden hendak kemari tetapi batal, padahal saya ingin bilang ini saya siapkan untuk G20, kedua saya ingin siapa tahu nanti ada rapat kabinet di Bali, saya juga ingin menyiapkan untuk beliau. Lalu ketiga saya ingin ke depannya bila ada tamu negara kunjungan tetap akan saya siapkan," kata ketua konservasi tersebut

Karena sempat batal bertemu orang nomor satu di Indonesia itu, Winarta akhirnya kehilangan koneksi untuk berkoordinasi atas niat baiknya. Ia juga sempat menyampaikan hal ini kepada Wakil Wali Kota Denpasar, dan hendak memperjelas maksudnya kepada Wali Kota Denpasar Jaya Negara namun tak kunjung ada jalan.

Dari niat tersebut ia berharap ada pesan yang sampai terkait niatnya dalam pelestarian penyu di Bali, upaya edukasi kepada masyarakat maupun wisatawan ini dinilai tak hanya berimbas pada penyu namun juga kelestarian lingkungan dan hayati lainnya.

Baca juga: Pusat konservasi di Kuta lepas 16.000 tukik

Baca juga: BKSDA Denpasar amankan 22 penyu hijau

 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022