Jakarta (ANTARA) - Di tangan konten kreator asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, Natalino Mella, alat musik tradisional Rote sasando disulap menjadi instrumen musik elektrik dengan harapan anak-anak muda menjadi lebih tertarik untuk mempelajarinya.

Dari Rote, sasando diboyong oleh musisi di Kupang dan dimodifikasi menjadi alat musik dengan senar yang lebih banyak. Natalino sendiri menghabiskan waktu empat tahun sejak 2008 untuk membuat sasando versinya sendiri, sasando elektrik dengan 45 senar yang bisa dimainkan dengan 10 jari.

Dia juga rajin merekam video bermain sasando elektrik, membawakan lagu-lagu Indonesia hingga lagu Barat, yang diunggah di media sosial seperti YouTube, serta video-video pendek yang diunggah di platform SnackVideo.

Keinginannya mengembangkan sasando didorong dari pengalamannya menjadi peserta pertukaran pemuda dalam program antara pemerintah Indonesia dan Jepang. Di sana, orang-orang menyambutnya secara antusias setiap kali memainkan sasando. Ia pun tergerak untuk membuat sasando yang dimodifikasi dengan gaya lebih modern agar banyak anak muda yang mau memainkannya.

Pria yang kerap diundang kedutaan besar RI di luar negeri untuk bermain sasando ini berpendapat, kehadiran platform media sosial terutama yang berisi video-video pendek memudahkan misinya memperkenalkan sasando.

"Orang suka menyebar video-video pendek lewat WA karena lebih mudah, dampaknya lebih besar," katanya di Jakarta, Rabu.

Lewat videonya, dia ingin menunjukkan sasando sudah berada di level yang berbeda. Dia berharap bisa memberikan kesan bahwa sasando merupakan instrumen menarik yang kedepannya bisa dimainkan secara luas oleh banyak orang, sama halnya seperti gitar yang populer di berbagai kalangan di penjuru dunia.

"Harapannya anak muda makin banyak yang main sasando dan ini bukan jadi alat musik eksklusif, ada di mana-mana," kata musisi yang juga membuat lokakarya pelatihan sasando di Kupang.

Natalino menjual instrumen-instrumen buatannya secara daring. Rupanya, konsumen sasando elektrik buatannya didominasi orang-orang dari luar Indonesia seperti Jerman, Australia dan Meksiko.

Sebuah sasando elektrik dibuat dalam kurun waktu tujuh hingga sebelas hari dengan kisaran harga di atas Rp3,5 juta, sementara sasando akustik dibuat dengan durasi tiga hingga lima hari dengan harga antara Rp600.000 hingga Rp1,5 juta.



Baca juga: Alat musik Sasando diperkenalkan dalam Sherpa G20 di Labuan Bajo

Baca juga: Kala senandung dawai Sasando memukau delegasi Sherpa G20

Baca juga: Sasando di tangan gadis Polandia

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022