Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengharapkan Mathlaul Anwar aktif menyuarakan perdamaian kepada anak didik dan masyarakat sekitar agar terhindar dari paham intoleransi, radikal, dan terorisme.

“Kami memohon kepada keluarga besar Mathlaul Anwar untuk membekali anak didik muda kita dan masyarakat lingkungan sekitar dalam bermain media sosial agar mendapat ilmu bermanfaat, bukan dapat keburukannya. Jangan sampai anak muda terpapar paham intoleransi, radikal, dan terorisme yang dapat menimbulkan perpecahan bangsa ini,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar saat melakukan Silaturahmi Kebangsaan dengan Keluarga Besar Mathlaul Anwar di Perguruan Mathlaul Anwar Pusat Menes, Pandeglang, Banten, Kamis.

Boy Rafli menjelaskan aksi terorisme, radikalisme, dan intoleransi bisa merusak bangsa, meruntuhkan ekonomi hingga menimbulkan chaos di masyarakat.

Baca juga: BNPT bekali mahasiswa baru UI nilai toleransi dan karakter kebangsaan

Ia mengatakan salah satu contoh bentuk aksi terorisme adalah kejahatan di Papua yang membuat masyarakat merasa terancam karena banyaknya kasus pembunuhan dan meneror masyarakat. Selain itu dirinya memastikan bahwa terorisme tidak ada kaitannya dengan agama apa pun.

“Tidak ada kaitannya semua terorisme dengan agama. Itu hanya salah persepsi oknum umat beragama. Terorisme itu bukan Islam. Jangan sampai terbawa pemahaman bahwa terorisme adalah perjuangan Islam. Mereka yang mendesain ini senang sekali jika terorisme dianggap merupakan bagian dari perjuangan Islam,” kata Boy Rafli seperti yang dirilis BNPT.

Bahkan, menurutnya, ulama-ulama besar di Indonesia merupakan ulama pejuang dan pejuang ulama dengan prinsip cinta kepada negara karena perjuangan para tokoh ulama sesuai tujuan bernegara untuk mencerdaskan bangsa, ini tentunya tidaklah mudah.

Baca juga: Kepala BNPT ajak 9.000 maba UI selalu ingat 4 konsensus bangsa

“Jangankan pakai senjata nuklir, generasi pejuang kemerdekaan yang hanya menggunakan bambu runcing saja sudah berani melawan penjajah yang ingin merebut Indonesia,” ujarnya.

Hal ini, katanya. sangat jauh berbeda dengan negara lain yang gagal menjaga identitas nasional. Sedangkan bangsa Indonesia dijaga oleh tokoh bangsa hingga tokoh ulama. Apalagi ketika Proklamasi Kemerdekaan RI, Soekarno-Hatta didampingi tokoh bangsa dan ulama Islam.

Baca juga: LVRI turut cegah paham radikal melalui kerja sama dengan BNPT

“Kita bersyukur diberikan fondasi yang luar biasa kuat. Sebanyak 273 juta penduduk Indonesia dibangun atas fondasi dan masukan dari tokoh agama, para wali dengan berkah Rahmat Allah SWT. Banyak negara kecil terjadi perang saudara. Contohnya Afghanistan dan Yaman,” ujarnya.

Dengan adanya contoh kejadian-kejadian konflik di berbagai negara tersebut, ia meminta keluarga besar Mathlaul Anwar untuk mewaspadai kelompok yang berupaya memecah belah bangsa.

“Karena kelompok radikalisme dan terorisme selalu menggaungkan propaganda intoleran,” ujarnya.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022