Manokwari (ANTARA) - Karnaval Budaya dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia di Provinsi Papua Barat menjadi ajang pemersatu.
 
Salah satu peserta karnaval budaya dari Ikatan Perempuan atau Finya Maybrat, Yosephus Kosamakh di Manokwari, Sabtu, menyebut karnaval budaya juga jadi ajang perkenalan lintas budaya yang memunculkan motivasi untuk terus mengenal budaya yang ada di Papua Barat.
 
"Karena kalau tidak ada budaya, kita ini tidak ada harga diri dan orang lain tidak mengakui kita. Dengan budaya, kita akan kuat," ujar dia.

Baca juga: Pangdam Kasuari: Pelihara adat dan budaya Papua untuk keutuhan NKRI
 
Yosephus mencontohkan dirinya bersama 13 orang lainnya datang langsung dari Kabupaten Maybrat untuk mengikuti karnaval budaya di Kabupaten Manokwari dengan menggunakan pakaian adat tenun yang biasanya menjadi alat mahar untuk pernikahan.
 
Selain pakaian adat, ia juga menggantung kalung yang terbuat dari butiran manik-manik di lehernya. Soal kalung manik-manik, Yosephus menyebut dulunya para orangtua menggunakannya sebagai nilai tukar barang atau barter.
 
"Pertukarannya tergantung kesepakatan yang terjadi antara peminat dan pemilik barang yang ingin diajak bertukar," ungkap dia.

Baca juga: Mendikbud berkomitmen lindung adat dan budaya Papua Barat
 
Bagi Yosephus, karnaval budaya seharusnya bisa berjalan tanpa menunggu momentum seperti Hari Kemerdekaan melainkan hadir dalam kegiatan sejenis yang tetap ditujukan untuk mempertemukan semua budaya Nusantara dalam satu wadah.
 
Kegiatan karnaval budaya yang berjalan satu hari itu tetap dinilai penting oleh Yosephus. Karena menurutnya, generasi muda yang berjarak dengan kehadiran teknologi perlu dikenalkan kembali dengan kebudayaan.

Baca juga: Tambrauw gelar festival budaya dan konservasi internasional
 
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Papua Barat Herman Sayori menyebut, kegiatan karnaval budaya ditujukan melindungi dan melestarikan serta memanfaatkan kebudayaan yang ada di wilayah itu.
 
Pembangunan kebudayaan disebut Herman telah diamanatkan dalam UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Pemajuan kebudayaan bertujuan sekaligus membentuk ketegasan bahwa budaya merupakan pilar yang dapat menjadikan bangsa dan masyarakat berkepribadian dan berdikari secara ekonomi serta berdaulat secara politik.

Baca juga: Papua Terkini - MUI: Pendekatan budaya lokal perlu dilakukan di Papua
 
Herman berpesan agar pelestarian budaya diselenggarakan dengan kasih sayang dan persaudaraan agar pelestarian dan perlindungam warisan budaya nenek moyang dapat mewujudkan masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
 
Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Papua Barat Melkias Warinussa mengingatkan, budaya berkaitan dengan identitas nasional yang memiliki empat konsensius yakni ideologi, falsafah, pandangan, serta jalan hidup tetapi yang dijunjung tinggi ialah nilai Bhinneka Tunggal Ika atau berbeda-beda tetapi tetap satu.

Baca juga: Papua Terkini - Tarian Papua warnai kirab budaya "tebokan" di Kudus
Baca juga: Tradisi tato Suku Moi Papua Barat mulai luntur


Baca juga: Kotim gelar 'Sampit Ethnic Carnival' usung tema budaya Dayak pedalaman
 
"Saya selalu bangga setiap menyaksikan pawai maupun sendratari dalam karnaval budaya. Sebagai masyarakat adat yang menghuni Papua Barat, kita harus bangga pada kearifan lokal yang terbentuk dari bentangan alam dan kondisi geografis," tegas Melkias.
Barisan Karnaval Budaya di Jalan Pahlawan, Kabupaten Manokwari, Sabtu (13/8/2022). (ANTARA/Rachmat Julaini)
 
Peserta karnaval budaya diperkirakan mencapai 200 orang dari delapan paguyuban yang ada di Papua Barat. Karnaval budaya yang dimulai dan diakhiri di Jalan Percetakan Negara Manokwari itu tidak hanya berbentuk pawai berjalan kaki melainkan juga menjadi ajang untuk menampilkan tarian khas daerah seperti Yospan (Maybrat), Tari Ja'i (NTT), Tari 4 Etnis (Sulsel) dan pertunjukan silat (Madura).

Pewarta: Rachmat Julaini
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022