Jakarta (ANTARA) - Penyerangan terhadap pengarang Salman Rushdie yang terjadi pada Jumat (12/8) telah memicu peningkatan minat pada karya-karyanya, terutama novel "The Satanic Verses" atau “Ayat-ayat Setan”.

Cetakan yang lebih baru dari novel yang diterbitkan pertama kali pada 1988 itu pada Sabtu (13/8) waktu setempat menduduki posisi tiga teratas dalam daftar "Movers & Shakers" Amazon. "The Satanic Verses" dipandang sebagai penistaan oleh para pemimpin Iran yang kemudian mengeluarkan sebuah fatwa yang menyerukan pembunuhannya.

Daftar "Movers & Shakers" sendiri menunjukkan buku-buku yang penjualannya paling meningkat. Selain "The Satanic Verses", karya Rushdie lainnya seperti "Midnight's Children" menduduki posisi yang berubah-ubah antara keempat dan kelima.

Toko-toko buku melaporkan ketertarikan yang besar pada penulis kelahiran India itu. Beberapa dari pembaca muda belum mengetahui bagaimana "The Satanic Verses" menimbulkan kegemparan di sebagian besar negara yang memiliki mayoritas penduduk Muslim.

Di Strand Bookstore, toko buku terbesar dan mungkin paling terkenal di New York, AS, penyerangan terhadap Rushdie membawa lonjakan minat dan penjualan bukunya, baik yang baru maupun bekas.

"Kami pasti mendapati orang-orang yang datang ke sini untuk mencari apa pun yang dia (Rushdie) tulis," kata Katie Silvernail, Floor Manager di Strand Bookstore, dikutip dari AFP pada Minggu.

Menurut Silvernail, beberapa karyawan yang lebih muda di toko itu juga belum pernah mendengar tentang Rushdie. Sebab itu, katanya, menjadi menarik saat dirinya mengobrol dengan staf muda seputar Rushdie dan bagaimana pengaruhnya terhadap dunia sastra.

"Sejujurnya, saya merasa seperti orang baru datang ke sini kemarin karena mereka ingin berbicara tentang bagaimana perasaan mereka tentang apa yang terjadi,” imbuh Silvernail.

Sementara itu di media sosial Twitter, beberapa pengguna mendesak orang untuk membeli buku karya Rushdie sebagai bentuk solidaritas.

"The Satanic Verses" menceritakan kisah surealis dua aktor India yang pesawatnya dibajak dan meledak di atas Selat Inggris. Mereka entah bagaimana berhasil dengan selamat dengan menepi ke pantai Inggris, salah satunya menjelma dalam bentuk malaikat agung sementara yang lain sebagai iblis.

Rushdie menamakan tokoh pelacur dalam cerita itu dengan nama-nama istri nabi Muhammad. Dia juga menciptakan karakter seorang nabi bernama Mahound yang, di bawah pengaruh Lucifer, tampaknya mengatakan bahwa seseorang dapat berdoa kepada tuhan selain Allah–sebelum akhirnya dia menyadari kesalahannya.

Penyerangan terhadap Rushdie terjadi pada Jumat (12/8) saat pengarang itu akan berbicara di sebuah acara sastra di kota kecil Chautauqua, di negara bagian New York barat.

Polisi dan saksi mata mengatakan, Hadi Matar, yang berasal dari Fairfield, New Jersey, tersungkur ke tanah saat dia mencoba untuk melanjutkan serangan terhadap Rushdie. Pihak berwenang belum menjelaskan latar belakang Matar atau motivasi apa yang mendorongnya untuk melakukan penikaman.

Rushdie, yang memegang kewarganegaraan Inggris dan Amerika, tetap dirawat di rumah sakit pada Sabtu (14/8) dalam kondisi serius setelah beberapa jam dioperasi.

Baca juga: Penyerang Salman Rushdie ajukan pembelaan tak bersalah

Baca juga: Surat kabar garis keras Iran puji penyerang Salman Rushdie

Baca juga: Penulis Salman Rushdie ditikam saat pidato

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022