Tingginya kinerja ekspor juga didukung oleh sektor pertambangan seiring meningkatnya harga komoditas global
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menyebut sektor manufaktur dan perdagangan di Indonesia tumbuh ekspansif yang ditunjukkan dengan surplus dalam 27 bulan berturut-turut.

"Sektor-sektor strategis seperti manufaktur dan perdagangan tumbuh secara ekspansif, didukung oleh konsumsi masyarakat yang mulai pulih serta solid-nya kinerja ekspor. Neraca perdagangan telah mengalami surplus selama 27 bulan berturut-turut," kata Presiden Joko Widodo dalam pidato penyampaian RUU APBN Tahun Anggaran 2023 dan Nota Keuangan pada Rapat Paripurna DPR RI Tahun Sidang 2022 - 2023, di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Selasa.

Indonesia, menurut Presiden Jokowi mendapatkan apresiasi sebagai salah satu negara yang berhasil mengatasi pandemi dan memulihkan ekonominya dengan cepat.

"Pemulihan ekonomi Indonesia dalam tren yang terus menguat, tumbuh 5,01 persen di triwulan I dan menguat signifikan menjadi 5,44 persen di triwulan II 2022," tambah Presiden.

Presiden Jokowi menyebut sektor manufaktur yang mengalami pemulihan kuat dapat menopang tingginya kinerja ekspor nasional.

Hal itu terjadi karena keberhasilan strategi hilirisasi industri yang kita jalankan sejak 2015.

Baca juga: Pemerintah rancang pendapatan negara 2023 capai Rp2.443,6 triliun

Baca juga: Presiden Jokowi targetkan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen pada 2023


"Tingginya kinerja ekspor juga didukung oleh sektor pertambangan seiring meningkatnya harga komoditas global," ucap Presiden.

Sektor lain, kata Presiden, yaitu sektor transportasi dan akomodasi yang paling terdampak pandemi juga mulai mengalami pemulihan masing-masing tumbuh 21,3 persen dan 9,8 persen pada triwulan II 2022.

Sementara pada Juli 2022, Indikator "Purchasing Managers' Index" (PMI) meningkat menjadi 51,3 persen yang mencerminkan arah pemulihan yang semakin kuat pada Semester II.

"Laju inflasi Indonesia masih jauh lebih moderat dibandingkan dengan negara lain. Per Juli, tingkat inflasi Indonesia sebesar 4,9 persen (YoY). Hal itu ditopang oleh peran APBN dalam menjaga stabilitas harga energi dan pangan," papar Presiden.

Konsekuensi-nya, anggaran subsidi dan kompensasi energi pada tahun 2022 meningkat menjadi Rp502 triliun.

Namun, Presiden Jokowi mengingatkan agar ke depan, Indonesia harus terus waspada.

"Risiko gejolak ekonomi global masih tinggi. Perlambatan ekonomi dunia tetap berpotensi mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi domestik dalam jangka pendek," ungkap Presiden.

Apalagi konflik geopolitik dan perang di Ukraina telah menyebabkan eskalasi gangguan sisi suplai yang memicu lonjakan harga-harga komoditas global dan mendorong kenaikan laju inflasi di banyak negara, tidak terkecuali Indonesia.

"Bank Sentral di banyak negara melakukan pengetatan kebijakan moneter secara agresif. Pengetatan telah menyebabkan guncangan pada pasar keuangan di banyak negara berkembang. Konsekuensi-nya, nilai tukar mata uang sebagian besar negara berkembang mengalami pelemahan," jelas Presiden.

Dengan berbagai tekanan tersebut, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global melambat signifikan dari 6,1 persen di tahun 2021 menjadi 3,2 persen di tahun 2022 dan 2,9 persen di tahun 2023.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022