Singapura/London (ANTARA) - Pasar saham berjuang untuk mendapatkan arah pada perdagangan Selasa, karena mereka bergulat dengan kekhawatiran atas pertumbuhan global, menyusul data ekonomi China dan Amerika Serikat yang lemah memukul harga minyak dan mata uang terkait komoditas.

Dolar sempat mencapai level tertinggi satu minggu karena investor kembali ke mata uang safe-haven, sementara Aussie, euro dan yuan China melemah.

Indeks acuan STOXX Eropa naik tipis 0,1 persen mencapai level tertinggi 10-minggu dan menandai kenaikan sesi kelima berturut-turut, dipimpin oleh perusahaan pertambangan karena BHP Group yang tercatat di London melaporkan hasil yang kuat.

Tetapi kontrak berjangka S&P 500 dan kontrak berjangka Nasdaq turun, mengindikasikan kemungkinan arah yang lebih lemah untuk pasar AS saat dibuka nanti.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen setelah naik pada hari sebelumnya. Indeks acuan MSCI telah terangkat 5,0 persen dari posisi terendah tahun ini tetapi masih anjlok 15 persen tahun ini.

Sama seperti investor yang mengambil hati dari reli empat minggu di ekuitas global yang mendorong pasar ke level tertinggi dalam lebih dari tiga bulan, data aktivitas China yang lemah Senin (15/8/2022) yang mencakup output industri dan penjualan ritel memukul sentimen.

Baca juga: Saham Asia bervariasi dan yen jatuh, pasar khawatir suku bunga naik

Juga kepercayaan pembangun rumah keluarga tunggal AS dan aktivitas pabrik negara bagian New York turun pada Agustus ke level terendah sejak dekat awal pandemi COVID-19, tanda lebih lanjut ekonomi terbesar dunia itu melemah karena Federal Reserve menaikkan suku bunga.

Gambaran beragam di bursa Asia pada Selasa, dengan indeks acuan Tokyo dan Taiwan datar, sementara saham Korea Selatan naik 0,2 persen.

Saham China menyerahkan keuntungan awal karena kekhawatiran pertumbuhan bertahan setelah data menunjukkan aktivitas ekonomi dan ekspansi kredit melambat tajam pada Juli, mendorong bank sentral secara tak terduga memangkas suku bunga.

Indeks saham unggulan China CSI 300 tergelincir 0,2 persen setelah merosot sehari sebelumnya. Langkah terbaru investor ke mata uang aman dolar terjadi setelah serangkaian indikator ekonomi global yang lemah.

Baca juga: Rupiah ditutup melemah jelang HUT RI, dipicu aksi ambil untung
Baca juga: IHSG ditutup naik jelang libur 17 Agustus, ditopang sentimen positif

Ekonomi AS mengalami kontraksi pada kuartal pertama dan kedua, memperkuat perdebatan tentang apakah negara itu, atau akan segera dalam resesi.

Pada Selasa, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik setinggi 106,62, terkuat sejak 8 Agustus, sebelum perdagangan terakhir sedikit berubah di 106,49.

Euro, mata uang paling berat dalam indeks dolar, turun ke level terlemah sejak 5 Agustus di 1,0147 dolar sebelum diperdagangkan sedikit berubah di 1,0163 dolar.

Dolar Australia dan Selandia Baru berada dalam posisi defensif oleh data global yang lemah.

Baca juga: Pertumbuhan lemah ekonomi China angkat dolar AS dan tekan Aussie

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 0,93 persen menjadi 94,23 dolar AS per barel setelah tergelincir pada Senin (15/8/2022) mendekati level terendah sejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari. Minyak mentah berjangka WTI turun 0,63 persen menjadi 88,83 dolar AS per barel.

"Harga-harga komoditas di seluruh papan berada di bawah tekanan karena data ekonomi China Juli melukiskan gambaran pertumbuhan yang lebih suram dari yang diperkirakan sebelumnya, yang mendorong kekhawatiran baru pada prospek permintaan," tulis Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar dari IG Group.

Harga emas spot turun sedikit menjadi 1.777,54 dolar AS per ounce karena permintaan logam mulia tertekan oleh dolar yang lebih kuat dan kekhawatiran atas kenaikan suku bunga di masa depan oleh Federal Reserve.

Baca juga: Harga minyak di Asia lanjut penurunan, dipicu prospek permintaan lemah

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022