Jakarta (ANTARA) - Musisi Cholil Mahmud dari grup musik Efek Rumah Kaca memandang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia yang dirayakan dan dimeriahkan oleh masyarakat menjadi bahan refleksi bagi dirinya untuk memaknai kemerdekaan.

Baca juga: Cara Karina Salim & Atiqah Hasiholan ajarkan makna kemerdekaan

“Masih terus terus perlu menyerap apa, sih, yang orang rasakan dari kemerdekaan itu. Jadi memang selain belajar dari buku, tapi juga melihat bagaimana masyarakat memaknai kemerdekaan itu bisa mempengaruhi kita, saya terutama dalam memaknai kemerdekaan itu sendiri,” kata vokalis itu kepada ANTARA melalui sambungan telepon pada Selasa (16/8).

Peringatan HUT RI juga menjadi momen baginya untuk kembali mempertanyakan kembali sejauh mana tujuan kemerdekaan yang telah diraih bangsa ini. Termasuk, menurut Cholil, masyarakat juga perlu terlibat dalam diskursus untuk mempertanyakan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam konteks menyuarakan pendapat.

Baca juga: Indy Barends rindu rayakan HUT RI dengan kegiatan seru bareng keluarga

Pertanyaan makna kemerdekaan juga telah dituangkan dalam lagu “Merdeka” dengan lirik yang ditulis oleh Adrian Yunan yang dirilis pada 12 Agustus 2016, jelang perayaan HUT ke-71 RI. Bagi Cholil, lagu tersebut memberikan autokritik atau kritik terhadap diri sendiri serta refleksi kemerdekaan.

“Itu lebih ke pertanyaan-pertanyaan makna kemerdekaan itu memang apa, sih? Kita sudah pada babak yang mana dalam kemerdekaan ini? Maksudnya kita ini sudah mendapatkan apa yang orang impi-impikan sebuah kemerdekaan atau tidak, yang bukan seremonial semata tetapi yang memang kita hidup bareng-bareng,” kata Cholil.

Efek Rumah Kaca dikenal sebagai grup musik yang merekam keadaan sosial masyarakat dalam lagu-lagunya. Refleksi atas kondisi Indonesia tak hanya tercermin dalam “Merdeka”, salah satu yang lain termasuk lagu “Menjadi Indonesia” (2008) yang ditulis oleh Cholil.

Baca juga: Memaknai kemerdekaan RI ala Rossa

Musisi itu mengatakan “Menjadi Indonesia”, yang merupakan lagu ketujuh dalam album “Kamar Gelap”, terinspirasi dari sebuah buku berjudul sama. Ia menerjemahkan rasa kekaguman dan perenungan atas tokoh-tokoh pendiri bangsa, seperti Soekarno, yang memiliki pemikiran maju pada zamannya. Lagu tersebut, menurutnya, juga menjadi sebuah autokritik bagi Efek Rumah Kaca serta para pendengar mengenai kondisi Indonesia saat ini.

“Saya merasa, ‘Wah, hebat-hebat banget, ya, orang zaman dulu itu, pemikiran-pemikirannya maju’. Dan bukti sebenarnya filosofi Indonesianya juga bagus di saat itu dengan segala keterbatasannya, seperti (rumusan) Pancasila yang komprehensif,” kata Cholil.


Baca juga: Cinta Laura hingga Doyok, ini daftar artis yang lahir di 17 Agustus

Baca juga: Adrian Yunan bareng Reza Hilmawan rilis "Panggilan Darurat" versi baru

Baca juga: Uberka gandeng Cholil Efek Rumah Kaca ciptakan single "Benua"

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022