Jakarta (ANTARA) - PT Kereta Api Indonesia (Persero) memamerkan lokomotif listrik ESS3201 berusia 97 tahun di Stasiun KA Tanjung Priok, Jakarta Utara, dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-77 kemerdekaan Republik Indonesia.

"Kami tunjukkan bahwa KAI melestarikan warisan sejarah daripada sarana rolling stock," kata Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo di Stasiun Tanjung Priok, Jakarta, Rabu.

Lokomotif ESS3201 yang mendapat julukan lokomotif Bon-Bon merupakan lokomotif listrik pertama yang beroperasi di Indonesia yang dibuat oleh pabrik Werkspoor di Belanda.

Lokomotif itu dijalankan dalam peresmian elektrifikasi jalur kereta api yang pertama kalinya pada rute Tanjung Priok - Meester Cornelis (Jatinegara) pada 6 April 1925.

Didiek menjelaskan jalur kereta listrik di Batavia (Jakarta) menandai dibukanya sistem angkutan umum massal yang ramah lingkungan. Lokomotif Bon-Bon juga merupakan salah satu sistem transportasi paling maju di Asia kala itu.

Di masa itu, kereta listrik telah menjadi sarana transportasi andalan untuk para penglaju (komuter), terutama bagi para penglaju yang bertempat tinggal di Bogor dan bekerja di Jakarta.

"Kami menjalankan lokomotif ini dari Stasiun Kota menuju Stasiun Tanjung Priok yang dibangun tahun 1914. Kegiatan ini dilakukan pada 17 Agustus 2022 sebagai penyemangat kita semua tentang Indonesia Merdeka, kami ingin pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat setelah pandemi," ujarnya.

Selain memamerkan lokomotif Bon-Bon, KAI juga memamerkan dua kereta Djoko Kendil yang pertama kali dioperasikan pada tahun 1938. Kereta Djoko Kendil untuk melayani kereta mewah Nacht Express relasi Surabaya - Yogyakarta - Purwokerto - Jakarta.

Kereta Djoko Kendil terdiri dari dua kereta yang juga diberi nomor baru, yaitu IW 3821 dan IW 38221. Nama Djoko Kendil diambil dari hikayat seorang putri Kerajaan Brawijaya yang jatuh cinta pada Djoko Kendil, seorang pemuda dari kalangan masyarakat biasa.

Kereta itu diproduksi dari pabrik Beynes di Belanda dan direstorasi oleh KAI di Balai Yasa Manggarai untuk mengembalikan sejarah kejayaannya. Setelah direstorasi, kapasitas total kereta Djoko Kendil berupa 41 tempat duduk dengan fasilitas balkon, ruang utama, mini bar, ruang santai, dan ruang makan atau ruang rapat.

"Kami konsisten melestarikan bentuk asli bangunnya dan akan terus meningkatkan layanan," kata Didiek.

Lebih lanjut ia menyampaikan kereta api semasa perjuangan merupakan satu-satunya transportasi yang dapat diandalkan tidak hanya untuk kepentingan angkutan laskar rakyat perjuangan, tetapi juga untuk angkutan logistik militer serta perpindahan pejabat pemerintahan di masa perjuangan.

Perjalanan lokomotif Bon-Bon dan kereta Djoko Kendil diharapkan dapat membangkitkan lagi semangat cinta Tanah Air serta mengenang kiprah kereta api yang telah menemani bangsa Indonesia dari masa penjajahan hingga merdeka seperti saat ini.

Didiek juga mengucapkan apresiasinya kepada para pencinta kereta api yang telah banyak memberikan sumbang saran untuk kemajuan dan pelestarian benda bersejarah kereta api.

"Kami sebagai generasi penerus insan kereta api akan terus menjaga dan membangun perkeretaapian sehingga lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat. KAI berkomitmen untuk menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik untuk Indonesia," jelasnya.

Ketua Komunitas Pencinta dan Pelestari Kereta Api atau Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) Ricky Dirjo mengatakan lokomotif Bon-Bon dan kereta Djoko Kendil adalah warisan sejarah yang masih sehat dan bisa dilihat oleh masyarakat.

Ia berpesan agar pameran sekaligus perjalanan lokomotif Bon-Bon dan kereta Djoko Kendil itu bisa terus berlanjut di masa depan.

"Kalau bisa nanti saat ulang tahun KAI, (lokomotif Bon-Bon) bisa dijalankan karena ini punya sejarah jalan ke Bogor. Mungkin itu bisa dipertimbangkan saat napak tilas Kereta Api Indonesia ke Bogor," ucap Ricky.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022