Perlombaan sampan layar selalu digelar di Kecamatan Belakangpadang, entah itu di perairan Pulau Buluh, Pulau Belakangpadang atau pulau penyangga lainnya
Batam, Kepri (ANTARA) - Dengan latar belakang gedung-gedung megah negara tetangga Singapura yang menjulang, kapal layar warna-warni melenggok di Perairan Pulau Belakangpadang Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Ini adalah sebuah perayaan atas kemenangan di HUT ke-77 RI.

Setelah dua tahun vakum karena pandemi COVID-19, lomba sampan layar kembali digelar dalam memperingati HUT ke-77 RI. Padahal sejak sekitar tahun 1959 pertandingan itu selalu digelar setiap tahun.

"Alhamdulillah, tahun ini bisa diadakan lagi lomba kolek (sampan layar). Kita rayakan HUT RI," kata Ketua Panitia Lomba Sampan Layar, Haji Musa Jantan di Belakangpadang Rabu (17/8) 2022.

Musa bercerita, awalnya kegiatan itu digelar setahun sekali di Singapura. Peserta dari pulau-pulau penyangga Batam sengaja datang untuk menunjukkan kebolehannya memainkan layar.

Namun kemudian, warga Singapura berhenti menyelenggarakan lomba sehingga warga Pulau Buluh pun mengambil alih peran sebagai penyelenggara.

Sejak itu, perlombaan sampan layar selalu digelar di Kecamatan Belakangpadang, entah itu di perairan Pulau Buluh, Pulau Belakangpadang atau pulau penyangga lainnya.

Pada tahun ini, lomba terasa lebih meriah. Ribuan penonton hadir menyesaki setiap ruang darat yang menghadap ke perairan arena pertandingan. Entah, mungkin karena selama dua tahun serasa dibungkam, kini setelah kondisi lebih baik warga berbondong-bondong memadati pulau yang menghadap Singapura itu.

Tidak hanya warga pulau-pulau penyangga di Kecamatan Belakangpadang, warga dari Pulau Batam pun memadati pulau itu.

Mulai dari Pelabuhan Pancung Sekupang di Pulau Batam, ratusan penumpang mengantre membeli tiket kapal yang seharga Rp18.000. Bahkan, karena tidak sabar, banyak di antaranya yang rela merogoh kocek lebih dalam untuk menyewa perahu.

Gelombang laut yang cukup tinggi tidak menjadi penghalang bagi warga dari Pulau Batam yang hendak ke Belakangpadang, pada Rabu (17/8) siang.

Setibanya di dermaga, sudah nampak ribuan warga yang duduk dan berdiri di pelantar hingga ke Dataran Langlang Laut.

Suara riuh rendah, teriakan, dan sorakan gembira para pendukung turut membahana menyemarakkan suasana pulau yang biasanya lengang.

Sementara kapal yang mereka soraki berayun dengan anggun, namun tetap kokoh dan tegap membelah angin yang relatif sulit ditaklukkan di tengah laut.

Semua itu, penonton yang ramai dan juga keelokan kapal yang kokoh bagai sebuah pernyataan yang tegas, bahwa Kota Batam telah pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat.
Sampan layar melenggok di Perairan Belakangpadang Kota Batam Kepulauan Riau dalam perlombaan yang digelar dalam rangka HUT RI, Rabu (17/8/2022). (FOTO ANTARA/ Naim)


Mengenal kolek 


Musa mengatakan lomba itu diikuti warga Batam dan kabupaten kota lain di Kepulauan Riau.

"Kalau dari Singapura memang tidak pernah ikut lomba. Tapi yang punya kapal ada juga orang Singapura, mereka yang dukung, yang main tetap orang kita" kata pria berusia 83 tahun itu.

Pertandingan itu memperebutkan uang tunai Rp6 juta, Rp5 juta, dan Rp4 juta untuk juara I, II, dan III. Namun menurut dia, kebanyakan peserta datang bukan merebut hadiahnya. Melainkan menyalurkan hobi. Karena biaya yang dikeluarkan untuk lomba relatif lebih banyak ketimbang ganjaran yang disediakan.

"Kedatangan mereka, tidak sebanding dengan hadiahnya. Tapi karena hobi, karena menyambut hari kemerdekaan kita. Mereka datang saja tak cukup uang Rp1 juta, untuk minyak dan lainnya," katanya.

Kapal yang digunakan untuk lomba pun berbeda dengan perahu yang banyak digunakan nelayan untuk mencari ikan.

Ia menjabarkan kapal menggunakan layar dengan bahan khusus parasut. Biasanya dibeli di Singapura, tapi kini sudah tersedia di toko-toko di Pulau Batam.

"Harganya 1 yard 15 dolar, dikalikan 40 yard. Itu baru kainnya, belum upah jahitnya," katanya.

Menurut dia, agar bisa kuat maka semestinya kain layar dijahit tangan, bukan dengan mesin, dan ini membutuhkan ongkos lebih besar.

Ia juga menjelaskan, dalam kolek itu terdapat beberapa komponen, di antaranya tali dugang, untuk mengendalikan layar. "Kalau ada angin dia naik," kata Musa.

Kemudian tiang tinggi tempat mengikat layar di bagian atas disebut sokong, dan kayu melintang di bawah disebut bom.

"Kemudian damang. Orang berlayar kolek (sampan) ini, yang mengendalikan itu tukang damang. Angin kuat nanti dia ulur, angin pelan dia tarik," kata Musa.
Ratusan warga memadati pelantar dermaga di Pulau Belakangpadang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau untuk menyaksikan lomba sampan layar dalam rangka HUT RI, Rabu (17/8/2022). (FOTO ANTARA/ Naim)

Khas Belakangpadang

Lomba sampan layar merupakan pertandingan khas yang selalu digelar di kecamatan penyangga Kota Batam, Belakangpadang.

Setiap tahun, warga dari berbagai penjuru kota dan daerah lain menyempatkan hadir. Ada yang memang sekedar ingin menonton, namun banyak pula yang menjadikannya ajang silaturahmi.

Seperti Angga, warga pulau utama, Pulau Batam yang datang untuk berkumpul dengan teman-temannya dari pulau penyangga.

"Dulu saya bersekolah di sini. Jadi ini jadi ajang kumpul-kumpul lagi," katanya.

Camat Belakangpadang Yudi Admaji menyatakan semangat warga untuk mengikuti lomba itu sangat tinggi, setelah dua tahun tidak digelar.

"Alhamdulillah antusias masyarakat sangat luar biasa," katanya.

Tidak hanya diikuti oleh masyarakat Belakangpadang, tapi dari seluruhnya ada dari Batam dan warga pulau-pulau.

Ia mencatat 22 tim ikut serta, dan mereka berasal dari banyak daerah, ada yang dari Pulau Buru, Pulau Bulang, dan Pulau Sugi Kabupaten Karimun.

Lomba sampan layar pun dibagi dalam beberapa kategori, yaitu kolek 9kolek 7, kolek 5 dan kolek 3.

"Alhamdulillah, tahun ini sangat meriah, tahun ini kami gelar juga untuk meningkatkan perekonomian masyarakat," katanya.

Pelaksanaan perlombaan di Pulau Belakangpadang pada hari ini merupakan yang pertama kali setelah vakum akibat pandemi COVID-19.

Menurut Yudi agenda itu juga diikuti pengunjung negara tetangga yang turut antusias.

"Alhamdulillah kita juga dikunjungi dari rekan-rekan luar negeri, ada dari Johor Malaysia, Singapura, dan satu hal yang diungkapkan yaitu kerinduan terhadap Belakangpadang. Jadi tahun ini kita patut bersyukur dan berterima kasih karena Pemkot Batam mengizinkan kita menggelar kegiatan HUT RI, karena selama dua tahun tidak diadakan karena pandemi," katanya.


Baca juga: Warga Belakangpadang antusias saksikan lomba sampan layar HUT RI

Baca juga: Warga Malaysia dan Singapura ikut meriahkan lomba sampan layar

Baca juga: Pacuan perahu jongkong nelayan meriahkan HUT ke-70 Indonesia

 

Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022