Gambaran yang lebih besar untuk dolar adalah bahwa dolar berada dalam tren naik yang kuat
Singapura (ANTARA) - Dolar berada di posisi terdepan di perdagangan Asia pada Kamis pagi, setelah risalah dari pertemuan Federal Reserve Juli menunjukkan suku bunga AS tetap lebih tinggi untuk waktu lebih lama guna menurunkan inflasi.

Greenback naik paling tinggi terhadap mata uang Antipodean, terutama Aussie, yang terseret turun karena pertumbuhan upah yang lebih lemah dari perkiraan membebani prospek suku bunga Australia.

Dolar Australia merosot 1,2 persen semalam dan pada Kamis pagi melayang di 0,6930 dolar AS, sedikit di atas level terendah satu minggu sehari sebelumnya di 0,6912 dolar AS dan rata-rata pergerakan (MA) 50-hari di 0,6923 dolar AS.

Data pasar tenaga kerja Australia akan dirilis pada pukul 01.30 GMT.

Dolar Selandia Baru juga jatuh, kehilangan hampir 1,0 persen melepas lompatan awal setelah bank sentral menaikkan suku bunga dan memperdalam jalur kenaikan suku bunga yang diproyeksikan. Greenback menguat terhadap yen dan sterling stabil terhadap euro.

"Gambaran yang lebih besar untuk dolar adalah bahwa dolar berada dalam tren naik yang kuat," kata Matt Simpson, analis senior di broker City Index di Brisbane, menambahkan bahwa sekarang telah menghentikan kemunduran selama berminggu-minggu.

"Dalam beberapa hal, bullish ingin mundur dan saya pikir risalah Fed memberi mereka alasan untuk melakukannya."

Dolar naik 0,6 persen terhadap yen semalam dan bertahan di 134,90 yen pada Kamis pagi. Euro dibeli 1,0184 dolar dan indeks dolar AS stabil di 106,570.

Pejabat Federal Reserve melihat "sedikit bukti" akhir bulan lalu bahwa tekanan inflasi AS berkurang, risalah menunjukkan. Risalah mengisyaratkan perlambatan dalam laju kenaikan, tetapi tidak beralih ke pemotongan pada 2023 yang sampai saat ini telah diperkirakan oleh para pedagang untuk suku bunga berjangka.

"Setelah level yang cukup membatasi telah tercapai, mereka akan tetap pada level itu untuk beberapa waktu," kata ahli strategi Rabobank Philip Marey dalam sebuah catatan kepada klien.

"Ini jelas kontras dengan poros awal Fed yang telah ditentukan pasar."

Pedagang memperkirakan sekitar 36 persen peluang kenaikan suku bunga Federal Reserve 75 basis poin ketiga berturut-turut pada September, dan memperkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya sekitar 3,7 persen pada Maret, dan akan melayang di sekitar sana sampai nanti pada 2023.

Sterling juga turun semalam setelah inflasi dua digit memfokuskan kekhawatiran investor pada risiko resesi.

Inflasi harga konsumen Inggris naik menjadi 10,1 persen pada Juli, tertinggi sejak Februari 1982, angka resmi menunjukkan dan setelah secara singkat sterling turun 0,4 persen menjadi 1,2050 dolar.

Sterling juga jatuh di bawah rata-rata pergerakan 200 hari terhadap euro.

"Apakah sterling kita melemah sekarang, menjelang resesi yang tak terhindarkan? Atau akankah sterling bertahan di sini sampai tingkat suku bunga memuncak dan bencana ekonomi dapat mendominasi," tanya ahli strategi Societe Generale, Kit Juckes dalam sebuah catatan.

"Saya yakin kami akan membuat siklus rendah baru tahun ini," katanya.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022