Saham bergejolak karena para pedagang menilai risalah pertemuan Fed terbaru, yang menunjukkan bahwa bank sentral akan melanjutkan kampanye kenaikan agresif sampai dapat menjinakkan inflasi
Hong Kong (ANTARA) - Pasar saham Asia melemah pada perdagangan Kamis pagi, sejalan dengan kerugian di Wall Street, karena sekalipun prospek Federal Reserve (Fed) kurang agresif, masih menetapkan bank sentral AS pada jalur untuk suku bunga tetap lebih tinggi dalam waktu yang lebih lama.

Dolar naik semalam setelah risalah The Fed Juli menunjukkan arah kenaikan suku bunga yang stabil ke depan.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,22 persen, setelah saham AS mengakhiri sesi sebelumnya dengan kerugian ringan. Indeks MSCI naik 1,3 persen sejauh bulan ini.

Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,45 persen, sementara saham-saham unggulan China CSI300 melemah 0,33 persen.

Baca juga: Wall Street ditutup turun, Indeks Dow Jones terpangkas 171,69 poin

Risalah The Fed  untuk pertemuan Juli menunjukkan pihaknya sedang mempertimbangkan untuk mengurangi laju kenaikan suku bunga di masa depan sejalan dengan perlambatan inflasi tetapi melihat "sedikit bukti" bahwa tekanan mereda.

Investor menafsirkan risalah sebagai tanda siklus pengetatan AS bisa kurang agresif dari perkiraan, tetapi menunjukkan pembuat kebijakan The Fed berkomitmen untuk menaikkan suku sampai harga terkendali.

"Saham bergejolak karena para pedagang menilai risalah pertemuan The Fed terbaru, yang menunjukkan bahwa bank sentral akan melanjutkan kampanye kenaikan agresif sampai dapat menjinakkan inflasi," tulis analis Ord Minnett dalam sebuah catatan penelitian.

"Pada saat yang sama, The Fed juga mengindikasikan bahwa ia dapat segera memperlambat kecepatan pengetatannya, sementara juga mengakui keadaan ekonomi dan risiko penurunan untuk pertumbuhan produk domestik bruto."

Baca juga: Saham China dibuka turun, Indeks Shanghai merosot 0,19 persen

Imbal hasil acuan pada obligasi pemerintah AS 10-tahun awalnya naik di perdagangan Asia tetapi kemudian mundur menjadi 2,8749 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 2,895 persen sehari sebelumnya.

Imbal hasil dua tahun, yang naik bersama ekspektasi pedagang terhadap suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, mencapai 3,2681 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 3,295 persen.

Imbal hasil yang lebih tinggi membantu memperkuat dolar yang naik setelah rilis risalah. Namun, di awal perdagangan Asia, indeks dolar melepaskan sebagian dari kenaikan semalam dan turun 0,05 persen menjadi 106,58.

Indeks dolar AS, yang mengukur dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik sekitar 0,8 persen minggu ini -- mengerem kemunduran yang dimulai sekitar sebulan lalu.

Baca juga: Dolar pangkas kenaikan, investor cerna risalah pertemuan Fed

"Dolar AS kembali ke taktik reli ... dan melakukannya dengan beberapa kekuatan, membuat kenaikan minggu ini cukup besar," tulis analis CBA.

"Ekonomi dunia secara luas terlihat menjadi tempat pertumbuhan yang lebih lambat, mendukung greenback."

Pada Rabu (17/8/2022), indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,5 persen menjadi 33.980,32 poin, S&P 500 kehilangan 0,72 persen menjadi 4.274,04 poin dan Komposit Nasdaq jatuh 1,25 persen menjadi 12.938,12 poin.

Dolar naik 0,04 persen terhadap yen menjadi 135,06. Masih jauh dari level tertinggi tahun ini di 139,39 pada 14 Juli.

Minyak mentah AS turun 0,64 persen menjadi diperdagangkan di 87,53 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent turun 0,52 persen menjadi diperdagangkan di 93,16 dolar AS per barel.

Emas sedikit lebih tinggi. Emas spot diperdagangkan pada 1.763,45 dolar AS per ounce.

Baca juga: Harga emas jatuh 13 dolar, perpanjang kerugian 3 hari beruntun
Baca juga: Harga minyak naik, dipicu permintaan ekspor yang kuat menguras stok AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022