Padahal, tingkat merokok di kalangan remaja terus menurun
Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) mendorong penelitian produk tembakau alternatif agar hasil risetnya dapat menjadi acuan dan informasi komprehensif di tengah masifnya disinformasi yang disampaikan kelompok anti tembakau.

Ketua Umum APVI, Aryo Andrianto mengatakan, narasi negatif yang dikampanyekan secara berulang-ulang oleh kelompok anti tembakau merupakan hal yang mewakili kepentingan pribadi dan bukan untuk masyarakat.

“Lembaga tersebut dan yang bekerja sama dengannya, bekerja untuk kepentingannya sendiri,” kata Aryo saat dihubungi, Kamis.

Untuk mencegah masifnya disinformasi mengenai produk tembakau alternatif, Aryo menekankan pentingnya memperbanyak penelitian di dalam negeri yang turut melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Baca juga: Asosiasi dorong perluasan akses informasi tembakau alternatif

Di samping itu, APVI juga aktif dalam menyebarkan informasi yang akurat dan akuntabel agar disinformasi terhadap produk tembakau alternatif kian berkurang di masyarakat.

Harapannya, masyarakat terutama perokok dewasa mendapatkan keyakinan bahwa produk ini merupakan alternatif yang memiliki risiko lebih rendah daripada rokok, dan perokok dewasa dapat beralih ke produk tembakau alternatif.

“Kami berfokus kepada penyediaan opsi produk tembakau alternatif karena masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan pilihan,” lanjut Aryo.

Selain menjadi pilihan bagi perokok dewasa yang ingin menurunkan tingkat risiko, Aryo meneruskan, industri produk tembakau alternatif juga berkontribusi terhadap perekonomian melalui penerimaan cukai. Selama pandemi COVID-19, industri baru ini berhasil bertahan, bahkan kinerjanya terus meningkat.

“Pascapendemi, industri ini meningkat. Proyeksi peningkatan kontribusi cukai sebesar 50 persen dari tahun lalu,” ujarnya.

Baca juga: Regulasi tembakau alternatif dinilai mampu turunkan prevalensi perokok

Dengan kontribusinya dalam mendukung perbaikan kesehatan publik dan perekonomian nasional, Aryo berharap agar pemerintah memberikan perlindungan dan bimbingan bagi industri produk tembakau alternatif.

Contohnya, perlindungan tersebut dapat berupa regulasi khusus yang sesuai dengan profil risikonya. Regulasi tersebut nanti juga diharapkan berdasarkan dari hasil penelitian komprehensif dan dapat dikaji bersama.

“Industri kami hadir sebagai solusi yang akan berguna bagi kehidupan masyarakat dan negara, tentu kami berharap adanya perlindungan,” tegas Aryo.

Belum lama ini, Marc Gunther, junalis dari Amerika Serikat melalui opininya berjudul “The unchecked power of philantrophy” menyampaikan adanya disinformasi penggunaan tembakau dan rokok elektrik.

Baca juga: Pengamat: Tembakau alternatif perlu regulasi berbeda dengan rokok

Beberapa contoh disinformasi di antaranya angka perokok anak semakin meningkat, penggunaan rokok elektrik akan menurunkan kecerdasan intelektual secara jangka panjang, serta dapat menjadi pintu masuk untuk mulai merokok.

“Padahal, tingkat merokok di kalangan remaja terus menurun,” tulis Marc.

Berdasarkan sains, Marc meneruskan, rokok elektrik adalah alternatif yang lebih rendah risiko bagi perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaan merokok. Oleh sebab itu, produk ini harus didukung dengan regulasi berbasis kajian ilmiah.

“Produk tembakau alternatif harus tersedia bagi perokok dewasa dan perbanyak upaya untuk menjauhkannya dari kaum muda. Lalu, yang terpenting, berikan semua informasi yang akurat dan berbasis sains,” katanya.

Baca juga: Produk alternatif berpotensi menekan prevalensi merokok

Baca juga: Industri tembakau alternatif komitmen tak jual produk pada anak

Baca juga: Produk alternatif disebut mampu perbaiki kualitas hidup perokok dewasa

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022