New York (ANTARA) - Indeks dolar AS melonjak ke level tertinggi satu bulan pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena pejabat Federal Reserve berbicara tentang perlunya kenaikan suku bunga lebih lanjut, dan investor mengevaluasi kembali risalah dari pertemuan bank sentral AS Juli.

The Fed perlu terus menaikkan biaya pinjaman untuk mengendalikan inflasi yang tinggi, sejumlah pejabat bank sentral AS mengatakan pada Kamis (18/8/2022), bahkan ketika mereka memperdebatkan seberapa cepat dan seberapa tinggi untuk mengangkatnya.

Presiden Fed St Louis James Bullard mengatakan dia condong ke arah mendukung kenaikan suku bunga 75 basis poin ketiga berturut-turut pada September.

Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan kenaikan suku bunga sebesar 50 atau 75 basis poin bulan depan akan menjadi cara yang "masuk akal" untuk membuat biaya pinjaman jangka pendek menjadi "sedikit di atas" 3,0 persen pada akhir tahun ini, dalam perjalanan ke sedikit lebih tinggi pada 2023.

"Retorika The Fed telah sangat teguh dari hampir semua orang - kita harus menaikkan suku bunga, kita harus menaikkan suku bunga, suku bunga akan lebih tinggi," kata Joseph Trevisani, analis senior di FXStreet.com di New York.

Dolar memangkas kenaikan pada Rabu (17/8/2022) setelah risalah pertemuan Fed Juli menunjukkan pejabat bank sentral khawatir mereka dapat menaikkan suku terlalu jauh dalam komitmen mereka untuk mengendalikan inflasi, yang ditafsirkan sebagai sedikit dovish.

Risalah juga menandai dimensi penting dari perdebatan The Fed dalam beberapa bulan mendatang: kapan harus memperlambat kenaikan suku bunga.

Tetapi para analis mengatakan, salah untuk fokus pada bagian-bagian dari risalah ini daripada pandangan utama bahwa suku bunga perlu terus menuju lebih tinggi.

"Kecuali untuk bagian tentang laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat, sisa risalah sangat hawkish," Win Thin, kepala strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman, mengatakan dalam sebuah laporan.

Indeks dolar terakhir naik 0,71 persen pada 107,39, setelah mencapai 107,57, tertinggi sejak 19 Juli.

Euro mencapai 1,0078 dolar, terlemah sejak 18 Juli. Dolar naik menjadi 135,90 terhadap yen, level terlemah untuk mata uang Jepang sejak 28 Juli.

Sterling tergelincir sejauh 1,1920 dolar terendah sejak 22 Juli.

Peluang kenaikan 75 basis poin padan September telah turun menjadi 42 persen sejak risalah rapat Fed, dari 52 persen sebelumnya pada Rabu (17/8/2022), dengan kenaikan 50 basis poin sekarang menetapkan probabilitas 58 persen.

Namun, inflasi harga konsumen dan data pekerjaan untuk Agustus, sebelum pertemuan Fed September, kemungkinan akan mempengaruhi ukuran kenaikan suku bunga.

Pertemuan September juga akan menawarkan informasi baru tentang seberapa jauh pejabat Fed mengharapkan suku bunga naik. Pedagang memperkirakan suku bunga acuan memuncak pada 3,66 persen pada Maret.

Trevisani mengatakan dia memperkirakan Fed akan menaikkan suku bunga menjadi sekitar 4,0 persen, menambahkan bahwa sekalipun itu tidak mungkin cukup untuk menjinakkan harga-harga yang naik pada kecepatan tahunan sebesar 8,5 persen.

Data pada Kamis (18/8/2022) menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun minggu lalu dan data periode sebelumnya direvisi turun tajam, sementara laporan terpisah dari Fed Philadelphia pada Kamis (18/8/2022) mengungkapkan ukuran pekerjaan di pabrik-pabrik di wilayah Mid-Atlantic. melonjak pada Agustus.

Namun demikian, sebuah laporan dari National Association of Realtors menunjukkan penjualan rumah yang ada (existing home) jatuh 5,9 persen ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 4,81 juta unit pada Juli, level terendah sejak Mei 2020.

Baca juga: Rupiah melemah seiring indikasi The Fed masih akan naikkan suku bunga

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022