Jakarta (ANTARA) - PLN mengajak berbagai pihak di dunia industri untuk dapat proaktif dalam mengembangkan konsep energi hijau yang saat ini juga sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia.

Executive Vice President (EVP) Perencanaan Sistem Ketenagaklistrikan PLN, Edwin Nugraha Putra dalam rilis acara KATADATA SAFE 2022 di Jakarta, Selasa, mengatakan, ada beberapa hal yang dilakukan PLN dalam menyediakan energi hijau.

Untuk itu, Edwin Nugraha Putra berharap industri ikut terlibat untuk membantu ataupun menyerap energi hijau yang telah disiapkan PLN.

Dia menegaskan, PLN tetap berkomitmen membangun pembangkit listrik energi baru terbarukan, sekalipun saat ini PLN sedang mengalami pasokan berlebih listrik.

PLN mencatat, dalam beberapa tahun mendatang suplai listrik akan terus bertambah, melalui mega proyek 35.000 Mega Watt (MW) yang masih terus berjalan. Hal tersebut, lanjutnya, dinilai akan menambah kelebihan pasokan listrik di sejumlah wilayah seperti Pulau Jawa, Bali dan Sumatera.

"Misalnya dengan Pupuk Indonesia, kita sudah memetakan tempat-tempat yang memungkinkan kita alirkan energi hijau. Ini sedang kita letakkan dan sekarang sedang berproses untuk melihat lebih jauh bagaimana kemungkinan untuk suplai tersebut masuk ke tempat-tempat industri," kata Edwin.

Ia mengemukakan, memastikan ketersediaan pasokan energi hijau juga sejalan dengan target PLN pada tahun 2025 yang diminta oleh pemerintah untuk mencapai 23 persen energi baru terbarukan. Pembangunan energi hijau tentu saja harus dikaitkan dengan kerja sama industri untuk memenuhi listriknya dari PLN.

Pembicara lainnya, President Director Nestle Indonesia, Ganesan Ampalavanar mengatakan, sebagai perusahaan fast moving consumer good (FMCG) terbesar di Indonesia, Nestle memiliki dua komitmen besar untuk mendukung program dalam hal menjaga lingkungan.

Pertama, Nestle akan berupaya menjadi perusahaan dengan 0 emisi dalam 2050. Kedua, Nestle akan memastikan 100 persen dari kemasannya dapat didaur ulang.

"Ini dia komitmen sangat besar. Nestle Indonesia mengikuti komitmen ini dengan penuh. Meskipun kita tahu perjalanannya masih panjang, tapi kita punya komitmen 100 persen," kata Ganesan.

Sementara itu, President Director PT Pupuk Indonesia (Persero), Achmad Bakir Pasaman mengatakan, sebagai perusahaan petrokimia, Pupuk Indonesia saat ini sedang fokus menangani masalah karbon dioksida (CO2) yang terbuang ke atmosfer. Dia memastikan, Pupuk Indonesia terus berusaha mengatasi masalah ini.

Dia menjelaskan, Pupuk Indonesia memiliki peta jalan hingga tahun 2050 untuk mengurangi emisi karbon. Karena, pabrik-pabrik milik Pupuk Indonesia semuanya menghasilkan karbon dioksida selama proses produksi amonia.

Salah satu upaya yang dilakukan, ujar dia, adalah mengembangkan bisnis green hydrogen dan green/blue ammonia value chain serta carbon capture utilization and storage (CCUS).

Dia mengungkapkan, green ammonia yang diproduksi saat ini volumenya sekitar 21 juta ton di seluruh dunia. Tapi nanti sekitar tahun 2030, amonia hanya akan menjadi media transporter untuk mengangkut hidrogen. Achmad menjelaskan, hidrogen adalah komponen yang tidak mengandung senyawa karbon.

Achmad menegaskan, yang bisa dilakukan Pupuk Indonesia dalam rencana jangka pendek untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yaitu dengan menggunakan energi hijau. Untuk menyediakan energi hijau, Pupuk Indonesia menggandeng atau melakukan kerja sama dengan PLN.

Baca juga: BI: Investasi swasta diperlukan untuk capai target transisi energi
Baca juga: Jokowi optimistis RI jadi penghasil produk hijau kompetitif global
Baca juga: Bangun energi hijau, Indocement siap kerja sama dengan PLN

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022