Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) kompeten bidang alat berat guna mendukung hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam, salah satunya nikel.

“Untuk menunjang sektor industri smelter nikel agar lebih produktif dan berdaya saing, salah satunya diperlukan SDM yang kompeten, seperti operator alat berat,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Arus Gunawan lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.

Nikel merupakan contoh hilirisasi yang sukses, karena telah meningkatkan ekspor besi baja hingga 18 kali lipat. Pada 2021 ekspor produk olahan nikel menembus Rp306 triliun, melonjak dibanding tahun 2014 sekitar Rp16 triliun, dan tahun ini ditargetkan Rp440 triliun.

Untuk itu BPSDMI Kemenperin dan PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia meneken Memorandum of Understanding (MoU)  Program Kerja Sama Pendidikan Vokasi Industri Setara Diploma 1 (D1) yang melibatkan salah satu unit pendidikan BPSDMI Kemenperin yakni Akademi Komunitas Industri Manufaktur di Bantaeng, Sulawesi Selatan.

“Program Setara D1 Operator Alat Berat akan diselenggarakan selama satu tahun di AK-Manufaktur Bantaeng dan lulusannya langsung ditempatkan bekerja  guna meningkatkan daya saing industri,” jelas Arus.

Pihaknya telah menyelenggarakan pendidikan tinggi pada beberapa jenjang mulai dari diploma sampai dengan magister terapan, termasuk program setara Diploma 1 yang yang melibatkan industri. 

Baca juga: Kemenperin dorong kawasan industri jalankan hilirisasi nikel

“Melalui program ini diharapkan akan memperkecil competency gap antara dunia industri dengan dunia pendidikan yang akhirnya tercipta SDM industri kompeten tanpa adanya program retraining oleh industri,” imbuhnya.

Arus berharap program ini dapat mengatasi permasalahan SDM industri di Indonesia yaitu besarnya jumlah pengangguran terbuka dan produktivitas tenaga kerja yang masih rendah. "Sebab, kebutuhan akan tenaga kerja industri hingga mencapai 600.000 orang setiap tahun,” sebutnya.

Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri (PPPVI) Kemenperin Restu Yuni Widayati mengungkapkan tujuan dari penyelenggaraan pendidikan D1 ini adalah membekali calon tenaga kerja dengan keahlian terapan atau keterampilan teknis.

“Kegiatan ini diikuti oleh 48 orang sebanyak 2 kelas dengan jumlah peserta sebanyak 24 orang per kelas yang seluruhnya direkrut langsung oleh industri,” tuturnya.

Program Pendidikan Setara D1 Kerja Sama Industri ini juga merupakan bagian dari program Corporate University BPSDMI dalam penyelenggaraan pendidikan yang dual system dengan berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), learning model berstandar global, dan mengembangkan kelas industri.

“Pada tahun 2021 lalu Kemenperin telah memfasilitasi sebanyak 981 mahasiswa untuk mengikuti pendidikan yang tersebar di 21 kabupaten/kota di 11 provinsi,” katanya.

Direktur PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia Leonard Hadyanto dan Manager HR & HS PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia, A Adrianti Latippa menyampaikan program ini ditunggu-tunggu karena sangat membantu proses pertumbuhan perusahaannya di Kabupaten Bantaeng.

“Tahun 2021 dua angkatan dengan dua program studi hasil kerja sama kami dengan BPSDMI Kemenperin telah kami serap 100 persen di perusahaan kami,” ungkapnya.

Baca juga: Kemenperin - PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia buka program setara D1

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022