Pemberian ASI secara eksklusif
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan pembinaan kepada ibu hamil dan keluarga yang memiliki bayi di bawah usia dua tahun dapat mendukung percepatan pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
 

Persoalan stunting bukan persoalan bangsa di masa sekarang saja, akan tetapi terkait masa depan kita semua karena anak-anak kita adalah generasi penerus,  kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Nopian Andusti dalam keterangannya di Jakarta, Rabu

"Bagaimana kita bisa mencapai visi Indonesia Emas tahun 2045 kalau modal dasar yaitu anak-anak bangsa mengalami stunting?,” Nopian dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.


Ia menuturkan bahwa pembinaan kepada keluarga tersebut, ditujukan agar mencegah kelahiran bayi stunting baru dan menurunkan angka prevalensi stunting jadi 14 persen pada tahun 2024.
 

Indonesia kini sedang memerangi stunting yang menyebabkan gangguan kognitif serta pertumbuhan pada anak serta menempatkan anak rentan terkena penyakit metabolik, katanya.
 

Rendahnya asupan gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) membuat banyak anak, terkena stunting akibat pola pengasuhan yang kurang baik untuk diterapkan.
 

Ia mengatakan stunting tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa dicegah dengan perencanaan keluarga sejak awal hingga anak berusia dua tahun.

Adapun cara yang disebutkan adalah mengandalkan dan terus menggencarkan edukasi terkait pentingnya pemberian ASI eksklusif, sehingga proyek pembangunan utama pemerintah yakni sumber daya manusia unggul dapat tercapai, katanya.
 

"Masa depan dan masa kini harus diandalkan pada sumber daya dengan menekankan pemberian ASI secara eksklusif demi menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas," katanya.

Pada periode ini pula pemberian ASI menjadi salah satu pondasi seorang anak agar tumbuh menjadi manusia yang sehat dan cerdas," ucap Nopian.

Baca juga: BKKBN: Tekan kawin dini agar stunting turun

Baca juga: BKKBN: Remaja garda terdepan bentuk generasi tangguh berkualitas

 

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris menyatakan dukungan penuhnya bagi BKKBN sebagai leading sector percepatan penurunan stunting.
 

Charles menekankan 1.000 HPK sangat rawan dan perlu perhatian lebih karena 80 persen otak balita berkembang pada masa tersebut.
 

Menurut Charles, intervensi gizi spesifik yang bersifat jangka pendek, berperan 30 persen terhadap mengurangi potensi stunting pada anak, dalam 1.000 HPK.
 

Sedangkan intervensi gizi sensitif yang berkontribusi pada 70 persen dapat dilakukan antara lain dengan memastikan akses terhadap sanitasi dan air bersih, melakukan fortifikasi bahan pangan, menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan KB.
 

“Bisa juga memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja, menyediakan bantuan dan jamsos bagi keluarga miskin, dan terakhir menyediakan ketahanan pangan dan gizi,” ucapnya.

Baca juga: BKKBN: GenRe ajak remaja rencanakan masa depan bebas stunting

Baca juga: BKKBN perkuat tiga metode akurasi pengukuran kasus stunting


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022