kita butuh pengendalian obat antibiotik yang rasional
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menyebut resistensi antibiotik akibat mikroba atau antimicrobial resistance (AMR) sebagai pandemi yang tersembunyi sebab angka kematian yang cukup tinggi serta deteksi kasus yang masih terbatas.

"Data yang kita dapatkan cukup mengagetkan, bahwa 1,2 juta kematian per tahun di dunia disebabkan AMR atau penggunaan antibiotik yang tidak relevan," ujar Dante Saksono Harbuwono usai penutupan pertemuan Side Event AMR di Nusa Dua Bali, Rabu.

Dante mengatakan resistensi antibiotik akibat mikroba terjadi karena protokol pengobatan yang sembarangan hingga infeksi pada pasien bertambah parah dan menyebabkan angka kematian yang tinggi.

"Kebanyakan orang menggunakan antibiotik untuk mencegah kuman yang sebenarnya belum tentu itu disebabkan oleh kuman," katanya.

Baca juga: Wamenkes: Infeksi AMR membunuh 1,27 juta orang per tahun
Baca juga: Kementan susun peta jalan pengendalian resistensi antimikroba

Menurut Dante kejadian kematian akibat pengaruh AMR umumnya dialami sejumlah negara tropis, termasuk Indonesia dan India memiliki angka infeksi yang tergolong tinggi.

Tapi, Dante tidak menyebut berapa jumlah kasus kematian akibat AMR di Indonesia maupun India.

"Pemetaan resistensi antibiotik tidak sesederhana yang dipikirkan, bahwa pemetaan ini butuh beberapa hal salah satunya evaluasi ulang terhadap angka infeksi tidak sembuh dan meningkat di beberapa negara," katanya.

Menurut Dante degradasi lingkungan serta mutasi yang terjadi pada kuman dan parasit, memicu antibiotik bakterial tidak mempan lagi untuk menyembuhkan pasien.

"Kita butuh pengendalian obat antibiotik yang rasional. Selain itu konsep One Health di mana infeksi itu bisa berasal dari hewan maupun tumbuhan yang juga penting dilakukan upaya pendekatan," katanya.

Baca juga: Jubir: 3rd HWG bahas isu resistensi antibiotik

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022