Teknologinya sudah tersedia meskipun saat ini masih di Amerika Serikat
Jakarta (ANTARA) - Gaya hidup lestari atau berkelanjutan harus diiringi dengan pengelolaan sampah yang baik.

"Perilaku pola lama pengelolaan sampah yaitu kumpul, angkut, dan buang terbukti tidak menyelesaikan sampah secara komprehensif," kata Hanggara Sukandar selaku Sustainability Director dari Responsible Care Indonesia dalam siaran pers pada Jumat.

Dalam menyikapi permasalahan sampah yang kompleks, kolaborasi dari berbagai pihak termasuk produsen, pelaku daur ulang, hingga pemerintah menjadi sangat penting.

Alih-alih hanya dikumpulkan dan dibuang, kini pengelolaan sampah didorong dilakukan dengan prinsip 3R yakni reduce, reuse, recycle.

Baca juga: Teknologi ITF olah sampah hasilkan listrik

Hanggara mengatakan upaya untuk mengajak masyarakat, produsen, konsumen, asosiasi, dan pemerintah untuk mengkampanyekan kegiatan daur ulang, khususnya sampah plastik perlu terus dilakukan, salah satunya melalui Yok Yok Ayok Daur Ulang sebagai program advokasi dan edukasi daur ulang sampah plastik yang diinisiasi oleh PT Trinseo Materials Indonesia.

"Sosialisasi dan edukasi perlu terus dijalankan untuk memudahkan setiap pihak dalam menjalankan fungsinya sesuai porsi masing-masing."

Proses pengelolaan sampah dari hulu ke hilir selalu dihadapkan dengan tantangan-tantangan yang timbul dalam pelaksanaannya, kata dia.

"Dimulai dari kendala teknis saat pengumpulan sampah itu sendiri, hingga ketidaktahuan pelaku kelola sampah terhadap off taker atau pihak pengambil sampah yang sudah dikelola untuk didaur ulang," kata Hanggara.

Baca juga: Guru Besar IPB kembangkan inovasi olah sampah tanpa bau BakPo SABDO

Namun demikian, teknologi yang terus berkembang sudah memungkinkan proses daur ulang terhadap jenis-jenis plastik yang hingga saat ini dianggap sulit untuk diproses, seperti salah satunya plastik jenis PS atau polistirena.

Melalui proses yang disebut depolymerization (depolimerisasi), setiap produk dengan bahan utama polistirena akan mampu didaur ulang menjadi bahan bakunya kembali.

"Teknologinya sudah tersedia meskipun saat ini masih di Amerika Serikat dan dalam proses pembangunan di Belgia. Kami berharap dalam waktu dekat dapat hadir di Asia, terutama Indonesia. Sekarang hanya bagaimana kita semua bersinergi menyambut teknologi tersebut ketika hadir nantinya," kata Hanggara.

Baca juga: Jakarta Selatan olah sampah guna kurangi emisi gas rumah kaca

Baca juga: Sampah bernilai ekonomis itu ada di Jakarta Utara

Baca juga: RI-Jepang jajaki kerja sama pengelolaan sampah

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022