"Maka penting bagi mahasiswa, adalah bagaimana membangun semangat leadership dan itu dimulai dari kampus, membangun kepemimpinan intelektual, yang menciptakan daya imajinasi masa depan, hingga lahirlah semangat juang," ujar Sekjen DPP PDI Perjuangan
Jakarta (ANTARA) -
Doktor Ilmu Pertahanan jebolan Universitas Pertahanan (Unhan) Hasto Kristiyanto mengajak mahasiswa Indonesia membangun tradisi intelektual sebagai syarat kepemimpinan bagi masa depan.

Hasto dalam siaran persnya yang diterima, di Jakarta, Jumat, mengatakan hal itu sesuai dengan teori geopolitik Soekarno, dimana penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan politik melalui diplomasi luar negeri adalah unsur terpenting bagi kepentingan nasional Indonesia termasuk di dalam membangun kekuatan pertahanan negara.
 
"Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah faktor penentu dalam geopolitik Soekarno yang disebut sebagai 'Progressive Geopolitical Coexsistance' yang menempatkan pusat kemajuan Indonesia itu dimulai dari kampus, dari keunggulan kualitas pendidikan nasional Indonesia," katanya saat menyampaikan Kuliah Umum dengan Tema "Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansi terhadap Pertahanan Negara", di kampus Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Jumat.

Pria asal Yogyakarta ini pun memaparkan hasil penelitiannya mengenai teori geopolitik Soekarno yang menjadi disertasi doktoral-nya di Unhan.
 
Dalam konteks itu, pentingnya membangun tradisi intelektual di kalangan mahasiswa dan pelajar Indonesia. Presiden Soekarno disegani di dunia karena memiliki tradisi intelektual sejak muda dan visioner.
 
Sehingga di masa pemerintahannya, kata Hasto, Soekarno menjadi pemimpin di tingkat dunia termasuk berperan dalam kemerdekaan di sejumlah negara.
 
"Maka penting bagi mahasiswa, adalah bagaimana membangun semangat leadership dan itu dimulai dari kampus, membangun kepemimpinan intelektual, yang menciptakan daya imajinasi masa depan, hingga lahirlah semangat juang," ujar Sekjen DPP PDI Perjuangan ini.
 
"Itulah geopolitik, suatu pengetahuan tentang keadaan, tentang kultur bangsa dan jati diri bangsa. Dari tradisi intelektual dan iptek itu, kita membangun diri dengan percaya pada kekuatan sendiri. Karena itulah penting memahami keadaan kita, geografi kita, kultur kita, penduduk kita, kekayaan alam kita dan kemudian memperjuangkan kepentingan nasional kita di tengah dialektika dunia, di tengah sistem internasional," kata Hasto.
 
Terlihat hadir mendengar paparan Hasto antara lain anggota DPR Fraksi PDIP dari daerah pemilihan Kalimantan Barat Lasarus dan Maria Lestari serta sejumlah kepala daerah yang diusung PDIP.

Dia pun mengajak para mahasiswa untuk tidak berpikiran sempit, tapi berpikiran terbuka dan berlomba menguasai ilmu pengetahuan.
 
"Dunia mahasiswa adalah dunia penggemblengan diri. Memiliki hasrat tak pernah puas dalam penguasaan iptek, dalam meretas masa depan," ucap Hasto memotivasi.
 
Sementara itu, Rektor Universitas Tanjungpura, Prof. Dr. Garuda Wiko memaparkan pesan Presiden Pertama RI Soekarno dalam pendirian Untan.
 
Pada perjalanan sejarah tanggal 26 Maret 1961, Presiden Soekarno hadir untuk melakukan pemancangan tiang pertama Universitas Daya Nasional yang saat ini dikenal dengan nama Universitas Tanjungpura.
 
"Dalam kesempatan pemancangan tiang pertama di Universitas Daya Nasional, presiden pertama RI Soekarno menulis pesan penting bahwa masyarakat adil dan makmur hanya dapat diselenggarakan dengan cucuran air keringat. Pesan kuat ini masih dirasakan relevansi-nya sampai era revolusi industri 4.0 saat ini. Tidak ada kemajuan tanpa kerja keras, tanpa kolaborasi dan gotong royong," kata Wiko.
 
Di tingkat internasional, tambah dia, Presiden Soekarno dikenal sebagai pemikir geopolitik yang menjadi basis peran signifikan Indonesia dalam pergaulan internasional.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2022