Sayangnya, keluhan dari ringannya gejala itu justru menyebabkan orang seringkali abai atau tak menyadari dirinya telah terinfeksi. Keabaian tersebut kemudian memicu turunnya jumlah orang yang melakukan pemeriksaan kesehatan COVID-19 seperti pemeriksa
Jakarta (ANTARA) - Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), dr Prasenohadi, Sp.P, Ph.D, mendorong pemerintah untuk menggencarkan kembali tes kesehatan untuk mengimbangi perkembangan mutasi COVID-19 yang masih berbahaya.

“Yang akan menjadi masalah apakah benar jumlah kasus harian yang kita dapatkan saat ini benar-benar mencerminkan jumlah pasien COVID-19 yang ada atau sebenarnya jauh lebih banyak karena tidak ada keluhan?,” katanya dalam temu wicara "Perkembangan Gejala pada Subvarian BA.5" yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan bahwa saat ini, banyak pasien yang mengaku merasakan gejala COVID-19 seperti gejala influenza yakni batuk, pilek dan demam.

Ringannya gejala tersebut, kata dia, merupakan dampak baik dari tingginya cakupan vaksinasi di Indonesia, yang menaikkan kadar antibodi dalam tubuh dan memperkuat imun dalam menghadapi mutasi COVID-19.

Sayangnya, keluhan dari ringannya gejala itu justru menyebabkan orang seringkali abai atau tak menyadari dirinya telah terinfeksi. Keabaian tersebut kemudian memicu turunnya jumlah orang yang melakukan pemeriksaan kesehatan COVID-19 seperti pemeriksaan tes antigen ataupun PCR.

Padahal, katanya, dengan gejala yang semakin ringan atau bahkan tak bergejala, membuka kemungkinan bahwa kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia lebih banyak ketimbang yang ditemukan.

"Keabaian semakin meningkat semenjak adanya pelonggaran kebijakan, yang memperbolehkan orang berpergian dengan bebas setelah mendapatkan suntikkan vaksin booster," katanya.

Kalaupun melakukan tes, kata dia, orang akan melakukannya saat mulai merasakan sesak nafas atau gejala sedang hingga berat lainnya. Padahal pemeriksaan kesehatan dapat membedakan penyakit yang diderita seseorang, sehingga bisa segera mendapatkan tindakan yang tepat.

Dengan demikian, dirinya meminta agar tes COVID-19 kembali digencarkan, karena mutasi COVID-19 akan terus terjadi dengan berbagai perkembangan yang masih belum sepenuhnya dapat diprediksi.

Hal itu juga penting dilakukan agar jumlah orang yang terinfeksi dapat diketahui secara pasti, guna melindungi setiap individu yang hidup dan tinggal di Indonesia.

“Pada dasarnya pemeriksaan minimal antigen, syukur-syukur bisa PCR. Menjadi hal yang sangat penting apakah pasien ini benar-benar influenza biasa atau memang dia COVID-19 apapun variannya. Jadi sekali lagi, sepertinya pemeriksaan ini menjadi hal yang wajib dan penting,” kata Prasenohadi .

Guru Besar Departemen Patologi Klinik Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Tonny Loho menambahkan bahwa pemeriksaan diri dari COVID-19 sangat penting untuk dilakukan.

Pemeriksaan merupakan bentuk kesadaran masyarakat untuk saling melindungi dari sumber pemularan. Dengan harga yang kini relatif lebih terjangkau dan tersedia di manapun, diharapkan masyarakat tidak abai dan segera melakukan pemeriksaan ketika merasakan gejala COVID-19.

Sebab melalui pemeriksaan, skrining dan tindakan yang tepat akan lebih cepat dilakukan. Terlebih roda perekonomian harus terus berputar agar pembangunan negara tetap berjalan.

“Ini kesadaran dari masyarakat untuk kita saling melindungi, jangan sampai menjadi sumber penularan untuk yang lain dan juga selain itu kita harus rajin memakai masker, rajin cuci tangan kemudian menjaga jarak,” demikian Tonny Loho .

Baca juga: Menkes imbau masyarakat tetap waspada dan tidak abai prokes

Baca juga: Survei: Warga Sumbar berpendidikan rendah abai protokol kesehatan

Baca juga: Pemprov Kepri perintahkan Batam tutup industri abai protokol kesehatan

Baca juga: Wali Kota Cirebon sebut restoran abai terapkan jaga jarak


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022