Jakarta (ANTARA) - Tokoh nasional Rizal Ramli menyebut mencuatnya kasus Ferdy Sambo terkait pembunuhan Brigadir J sebagai awal dari revolusi rakyat secara digital, lantaran memaksa siapapun untuk tidak bisa tidak mengabaikan kasus tersebut.

"Inilah sebetulnya awal dari people revolution secara digital, revolusi rakyat tapi pakai digital doang, tapi impactnya dahsyat sekali karena memaksa siapapun untuk tidak bisa mengabaikan," kata Rizal dalam diskusi daring yang diadakan Total Politik, dipantau di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Tiga belas kiat reformasi kultural Polri

Berita soal pembunuhan Brigadir J yang menyita perhatian publik selama dua bulan terakhir, kata ekonom senior itu, bahkan mengalahkan tayangan infotainment karena mengandung unsur cerita yang lengkap, mulai dari adanya peristiwa pembunuhan, dugaan perselingkuhan, hingga dugaan geng mafia di tubuh Polri.

Lebih lanjut, ia menyebut kasus ini sebagai gejala "Samboisme", karena memiliki beberapa dimensi pembunuhan di dalamnya.

"Ini pembunuhan sadis, terencana, penghapusan barang-barang bukti secara sistematis," ujarnya.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu juga berharap kasus ini dapat membongkar lebih jauh terkait problematika Satuan Tugas Khusus (Satgassus) dalam Polri, termasuk aliran dana di dalamnya.

"Harus dibuka polanya, dipertanggungjawabkan karena kalau enggak betul-betul ini kegiatan mafia di dalam polisi," kata Rizal.

Ia lantas berkata, "Kita benahin demokrasi kita, kita bersihkan polisi, hapuskan multifungsi dari pada Polri".

Baca juga: Kompolnas optimistis banding Ferdy Sambo ditolak
Baca juga: Pengamat sebut langkah Kapolri sudah efektif tangani kasus Brigadir J
Baca juga: Kadiv Humas: Pati Polri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2022