Jakarta (ANTARA) - Indonesia memiliki penanda selain pandemi untuk tahun 2020, tahun itu juga seorang perempuan Indonesia berhasil menembus industri musik Korea Selatan.

Ialah Dita Karang, perempuan asal Yogyakarta yang terpilih menjadi anggota grup idola SECRET NUMBER. Debut grup berisi lima perempuan itu dimulai bertepatan dengan pandemi.

“Rasanya memalukan untuk mengatakan ini sendiri, tapi, saya mendengar dari kenalan saya bahwa debut saya menjadi perbincangan di Indonesia,” kata Dita pada 2020, menanggapi kemunculannya bersama SECRET NUMBER.

Jauh sebelum Dita Karang bergabung dengan grup idola, sekitar pertengahan tahun 2000an, telinga masyarakat Indonesia sudah akrab dengan musik pop asal Korea Selatan.

Jika pada tahun 1990an Indonesia dilanda “demam boyband” dari Eropa dan Amerika Serikat, tahun ini menjadi eranya grup idola dari Korea Selatan.

Tidak terhitung juga grup yang sudah pernah menggelar konser di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan, seperti Super Junior, Big Bang, Red Velvet dan Blackpink.

Popularitas Korea Selatan dan K-Pop di Indonesia masih akan terus menanjak, seiring dengan kemunculan grup idola baru dan produk kecantikan. Sejumlah idola diketahui menjadi duta merk kecantikan, menambah daya tarik bagi produk, idola dan Korea Selatan.

Hubungan Indonesia dengan Korea Selatan tidak hanya bisa dilihat dari popularitas K-Pop di sini. Kedua negara sudah merintis hubungan diplomatik sejak 1973.

Dr. Wondeuk Cho dari Center for ASEAN-Indian Studies, The Institute of Foreign Affairs and National Security, menjelaskan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea dimulai pada 1973.

Hubungan kedua negara juga terjadi secara bilateral. Mulai tahun 2006, kerja sama bilateral Indonesia dengan Korea menjadi kemitraan strategis, lalu meningkat menjadi kemitraan strategis khusus (special strategic partnership) pada 2017.

Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memiliki status kemitraan strategis khusus dengan Korea di kawasan ASEAN.

​​Baca juga: Indonesia-Korea Selatan teken kerja sama investasi hijau berkelanjutan

"Indonesia adalah negara terdepan di kawasan ASEAN," kata Cho, dalam diskusi "Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Towards its 50 Years Diplomatic Relations," bagian dari program "Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea" yang diadakan Foreign Policy Community of Indonesia.

Di mata Korea saat ini Indonesia bukan hanya negara yang terdepan di ASEAN, tapi, juga salah satu negara yang aktif terlibat dalam berbagai hubungan multilateral, salah satunya terlihat dari kepemimpinan Indonesia untuk G20 tahun ini.

Berkat kemitraan strategis khusus ini, Indonesia masuk daftar prioritas Korea dalam berbagi pengalaman dan pengetahuan. Misalnya, pada awal pandemi 2020 kedua negara bekerja sama untuk persediaan alat pelindung diri dan alat tes PCR.

Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri, Muhammad Takdir, menjelaskan setidaknya ada tiga fokus utama dalam kemitraan strategis khusus Indonesia dengan Korea, yaitu politik dan keamanan, ekonomi dan kontak orang perorangan (people to people contact).

Dalam isu ekonomi, nilai perdagangan antara Indonesia dengan Korea Selatan ditargetkan mencapai 30 miliar dolar Amerika Serikat pada tahun ini.

"Ini bagus dalam artian akan mendorong kita untuk memaksimalkan perdagangan dan investasi," kata Takdir.

Di Indonesia, sudah terjalin banyak kerja sama sejak kemitraan strategis khusus ini, salah satunya untuk pembuatan baterai kendaraan listrik. Tahun lalu, telah dilakukan peletakan batu pertama untuk pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat.

Pabrik HKML Battery Indonesia di Karawang merupakan proyek investasi konsorsium baterai Korea Selatan (LG dan Hyundai) dengan PT Industri Baterai Indonesia.

Saat pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Seoul pada Juli tahun ini, Presiden Joko Widodo mendorong negara tersebut berinvestasi untuk pembangunan ekosistem mobil listrik di Indonesia.

Dalam bidang teknologi, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate pada pertengahan tahun ini bertemu dengan Menteri Dalam Negeri dan Keamanan Korea Selatan Lee Sang Min untuk membahas peluang kerja sama dalam pengembangan pusat data.

Pada bidang pertahanan, jejak kerja sama Indonesia dengan Korea terlihat jelas dalam pesawat tempur Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX) bernama KF-21 Boramae, yang diluncurkan tahun lalu.

50 tahun Indonesia-Korea
Tahun depan akan menjadi momen yang bersejarah bagi Indonesia dan Korea karena hubungan diplomatik kedua negara genap berusia setengah abad.

Menurut Takdir, ada dua cara untuk merayakan 50 tahun hubungan diplomasi Indonesia dengan Korea Selatan tahun depan. Pertama, mengenang kerja sama yang sudah berlangsung selama 50 tahun belakangan atau yang kedua, mengantisipasi tahun-tahun yang menjanjikan di masa depan.

"Misalnya fokus pada kerja sama di masa depan untuk isu energi terbarukan dan pekerja migran," kata Takdir.

Sementara menurut Cho, menyambut 50 tahun hubungan diplomatik, Indonesia dan Korea Selatan bisa memperkuat kolaborasi mereka untuk mengatasi tantangan global.

"Kita bisa menjadikan tahun depan (perayaan 50 tahun hubungan diplomatik) sebagai titik balik untuk kerja sama generasi berikutnya," kata Cho.

Perayaan setengah abad hubungan diplomatik ini juga tidak lepas dari unsur budaya pop.

Beberapa hari lalu, dalam siaran di salah satu televisi swasta Indonesia, Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan, Gandi Sulistiyanto, mengumumkan Dita Karang sebagai Duta Hubungan Bilateral Indonesia dengan Korea untuk perayaan 50 tahun nanti.

Baca juga: Korea-Indonesia MTCRC jalin kerja sama teknologi kelautan dengan Unhas

Baca juga: Indonesia dorong peningkatan kerja sama ekonomi hijau ASEAN-Korsel

Baca juga: KADIN dorong kerjasama dengan Korea Selatan lewat kemudahan investasi

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022