Kupang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melaporkan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao menetapkan status darurat kekeringan untuk mendukung penanganan dampak bencana kekeringan di daerah itu.

"Rote Ndao sebagai kabupaten pertama yang menetapkan status darurat kekeringan dari 22 kabupaten/kota se-NTT," kata Kepala Pelaksana BPBD NTT Ambrosius Kodo ketika dikonfirmasi di Kupang, Sabtu.

Ia menjelaskan dengan penetapan status siaga tersebut, akan lebih mudah menggerakkan semua sumber daya di daerah untuk penanganan bencana kekeringan.

Baca juga: Lima peristiwa karhutla terjadi di Rote Ndao selama masa kekeringan

Selain itu, dengan status siaga darurat juga memudahkan pemerintah daerah mengakses sumber biaya dari dana tidak terduga di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

"Jika sumber daya tidak tersedia, bisa meminta di kabupaten tetangga maupun provinsi hingga pusat, tergantung pada skala bencananya," katanya.

Ambrosius mengatakan pihaknya juga mendorong agar pemerintah daerah lain dapat menetapkan status siaga darurat kekeringan untuk penanganan ancaman bencana kekeringan secara menyeluruh.

Lebih lanjut, ia mengatakan berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), semua zona musim (zom) di NTT saat ini memasuki musim kemarau.

Oleh karena itu, pemerintah daerah dan masyarakat harus bersiap dengan langkah-langkah antisipasi untuk mengurangi dampak bencana kekeringan.

Baca juga: 37 desa di Rote Ndao-NTT kekeringan, BPBD pasok air bersih

Baca juga: Lima desa di Rote Ndao alami kesulitan air akibat kekeringan


Ambrosius menyarankan agar petani di NTT menanam tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, sehingga bisa berpeluang untuk di panen saat musim kemarau.

Selain itu, masyarakat juga perlu mengantisipasi potensi kebakaran hutan dan lahan dengan tidak melakukan aksi yang dapat menimbulkan titik api.

"Jangan membuang puntung rokok sembarangan, apalagi di area terbuka. Selain itu, juga hati-hati saat membuka lahan pertanian dengan cara membakar, karena bisa berakibat fatal jika api membesar dan sulit terkendali," katanya.

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022