Peningkatan keuangan harus dimobilisasi untuk mendorong mitigasi dan adaptasi iklim di semua sektor, termasuk energi yang menyumbang sekitar tiga perempat dari emisi gas rumah kaca global
Jakarta (ANTARA) - Penasehat Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ego Syahrial mengatakan keuangan menjadi faktor penting untuk mempercepat transisi energi yang sekarang sedang menjadi topik pembahasan dalam forum Kelompok Kerja Transisi Energi (ETWG) pada Presidensi G20 Indonesia.

"Peningkatan keuangan harus dimobilisasi untuk mendorong mitigasi dan adaptasi iklim di semua sektor, termasuk energi yang menyumbang sekitar tiga perempat dari emisi gas rumah kaca global," ujarnya dalam agenda paralel G20 bertajuk Energy Transition Project Facilitation Day yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan bahwa investasi energi bersih di negara-negara berkembang perlu tumbuh dari 150 miliar dolar AS pada tahun 2020 menjadi lebih dari 1 triliun dolar AS per tahun pada akhir dekade untuk menjaga batas kenaikan temperatur bumi tetap pada jalurnya 1,5 derajat Celsius.

Ego menegaskan negara-negara ekonomi maju harus berkontribusi untuk memobilisasi keuangan publik dan swasta untuk negara-negara berkembang agar dapat mempercepat transisi energi.

Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) memperkirakan untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050 secara global, investasi tahunan perlu dilipatgandakan menjadi 4,4 triliun dolar AS untuk menyebarkan energi bersih.

"Kita juga perlu memperkokoh komitmen negara-negara maju untuk menyediakan dana 100 miliar dolar AS per tahun untuk menangani perubahan iklim," terang Ego.

Lebih lanjut ia mengatakan kolaborasi keuangan dapat digunakan untuk investasi energi bersih, karena menarik modal komersial ke proyek-proyek untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan sambil memberikan pengembalian finansial kepada investor.

Oleh karena itu, penting untuk mengkanalisasi investasi berkelanjutan untuk sistem energi yang lebih bersih guna memastikan kelayakan proyek energi bersih dan menggunakan kebijakan politik untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk investasi, termasuk kemitraan untuk mendukung negara berkembang dan pasar negara berkembang untuk mencapai target emisi nol bersih.

Ego optimistis kolaborasi global dapat membangun instrumen pembiayaan yang inovatif untuk mewujudkan jalur yang lebih kuat, lebih inklusif dan representatif guna memberikan percepatan implementasi nol emisi.

Sementara itu, Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera mengatakan mobilisasi keuangan sangat dibutuhkan untuk melakukan transisi energi guna memungkinkan penyebaran energi terbarukan yang akan berkontribusi terhadap pencapaian target rencana energi jangka panjang nasional dan Perjanjian Paris.

Menurutnya, IRENA sangat menyadari kebutuhan negara-negara berkembang untuk beralih dari energi fosil ke energi terbarukan, sehingga forum investasi menjadi kunci untuk membantu pendanaan dalam melakukan program transisi energi.

Tahun ini, IRENA mencanangkan dua forum investasi yang pertama digelar di Bali, Indonesia pada 31 Agustus sampai 1 September 2022 dan kedua akan digelar di Abuja, Nigeria pada 31 Oktober sampai 4 November 2022.

Francesco menargetkan jumlah forum investasi akan meningkat menjadi 14 forum investasi dalam dua tahun ke depan di seluruh wilayah IRENA.

"Kami memiliki lebih dari 330 mitra, semua lembaga keuangan multilateral berada di dalamnya, sehingga kami dapat menunjukkan proyek kami kepada calon investor atau pemodal," ujarnya.

Baca juga: Dirjen Minerba: Co-firing biomassa di PLTU percepat transisi energi
Baca juga: IESR sebut pemerintah daerah berperan penting dalam transisi energi
Baca juga: Menteri ESDM: Transisi energi tingkatkan ketahanan nasional

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022