Jakarta (ANTARA) - Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)  Saiful Mujani mengatakan berdasarkan hasil survei opini publik bahwa partai Gerindra, Golkar, PKB, NasDem, dan PKS memiliki komposisi suara atau pemilih yang dinamis.

“Golkar, PDIP, dan PKS, itu yang potensial mengganggu (stabilitas suara) Gerindra. Mengapa Golkar? Karena pemilih Golkar dan Gerindra itu, dalam banyak hal, beririsan,” kata Saiful dalam Program Bedah Politik bertajuk “Pergeseran Pemilih Partai Menjelang Pemilu 2024” yang disiarkan di kanal YouTube SMRC TV, dipantau dari Jakarta, Kamis.

Saiful menyatakan bahwa Prabowo sendiri awalnya adalah orang Golkar dan pernah maju menjadi bakal calon presiden dari Golkar. Dia adalah mantan tokoh Golkar. Oleh karena itu, logis apabila terkadang pemilih memberikan suara mereka ke Gerindra, dan terkadang dapat pindah ke Golkar.

Baca juga: Hasil survei SMRC ungkap pemilih PDIP dan Demokrat stabil

“Mereka (Gerindra dan Golkar) berada di dalam ceruk pemilih yang sama,” kata Saiful.

Untuk melihat partai mana yang memiliki pemilih yang loyal dan tidak, SMRC melakukan survei opini publik secara nasional dengan mengajukan pertanyaan kepada para pemilih yang ikut Pemilu 2019, “Kalau bapak atau ibu memilih sekarang, partai mana yang akan dipilih?”

Hasilnya, sebesar 9,6 persen pemilih Gerindra pindah ke Golkar pada survei ini, sedangkan pemilih yang pindah ke PDIP sebesar 4,8 persen, dan PKS 3,9 persen. Sementara itu, yang tetap akan memilih Gerindra sebesar 62,7 persen dan sebesar 13,5 persen belum menjawab.

Baca juga: Partai Demokrat gaet pemilih milenial

Pemilih partai Golkar yang loyal sebesar 60,7 persen. Perpindahan pemilih partai ini lebih banyak ke PDIP (10,7 persen) dan Gerindra (5,4 persen). Terdapat 15,1 persen yang belum menjawab.

“PDIP yang mengancam Golkar dalam hal ini,” kata Saiful.

Hal yang sama terjadi pada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pemilih PKB paling potensial pindah ke PDIP. Dalam survei ini, ada 8,5 persen suara PKB pada  2019 yang pindah ke PDIP. Ada 10,4 persen yang belum menentukan pilihan.

“PDIP banyak mengambil dan menampung pemilih dari partai-partai lain,” ucap Saiful.

Baca juga: Sekjen PPP: GMPI ujung tombak partai gaet pemilih muda

Saiful melihat perpindahan suara PDIP dan PKB relatif bisa terjadi karena kedua partai ini memiliki basis wilayah yang mirip, keduanya kuat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Oleh karena itu, kalau ada pemilih yang kadang masuk ke PKB dan di lain kesempatan masuk ke PDIP itu logis.

Di sisi lain, paparnya, yang mengancam suara Partai NasDem juga PDIP. Survei ini menunjukkan ada 20 persen pemilih NasDem pada 2019 yang sekarang pindah ke PDIP. Sementara itu, yang belum menjawab sebanyak 14,8 persen.

“Yang sangat signifikan bisa mengancam NasDem adalah PDIP,” kata Saiful.

Berbeda dengan keempat partai sebelumnya, swing voters PKS lebih banyak pindah ke partai Demokrat, yakni 10,5 persen. Partai kedua yang bisa menarik pemilih PKS adalah Gerindra (7 persen) dan Golkar (5,2 persen).

Hanya saja, ujarnya, masih cukup banyak pemilih PKS yang belum menentukan pilihan 20,3 persen. Sementara yang stabil akan tetap memilih PKS sekitar 52,5 persen.

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022