Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan kejadian 4 Terlalu, yakni hamil terlalu muda, hamil terlalu tua, hamil terlalu sering dan hamil terlalu banyak) di daerah perbatasan menyebabkan sulit mewujudkan sumber daya manusia berkualitas.

“Kami berharap pasangan-pasangan yang akan melahirkan harus memikirkan anaknya  mempunyai hak tumbuh kembang secara optimal sehingga juga merupakan hal yang penting selama proses antenatal care (ANC),” kata Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Eni Gustinadi Jakarta, Kamis.

Eni dalam Webinar Kenali Metode Persalinan: Nyaman dan Aman Menjelang Kelahiran yang diikuti secara daring menuturkan banyaknya kasus 4 Terlalu yang ditemui di daerah perbatasan, sangat mempengaruhi kualitas anak di masa depan karena kurangnya pemahaman pentingnya memberikan jarak kelahiran serta hamil pada usia ibu yang ideal.

Akibatnya, banyak anak menderita kekerdilan (stunting) karena kekurangan nutrisi ataupun lahir dalam waktu yang berdekatan, sehingga pola pengasuhan keluarga tidak bisa berjalan dengan optimal.

Baca juga: BKKBN tekan angka kekerdilan lewat pembagian pil KB pada ibu hamil

Baca juga: Peningkatan kematian ibu dipengaruhi hamil pranikah


Sedangkan dampak lainnya adalah tingginya kasus kematian ibu akibat kelelahan hingga merasakan depresi karena tak memiliki waktu untuk beristirahat.

Sulit dijangkaunya daerah perbatasan suatu provinsi, juga sering menyebabkan banyak anak perempuan yang berusia di bawah 19 tahun telah mengalami pernikahan dini. Padahal seperti yang diketahui usia ideal untuk menikah perempuan adalah 21 tahun dan 25 tahun bagi laki-laki.

“Kalau kita di perkotaan, mungkin sudah usia pernikahan (ASFR) sudah cukup tinggi, sudah di atas 20 tahun. Tapi ternyata di daerah-daerah ujung, di perbatasan yang sulit dijangkau, masih banyak pernikahan-pernikahan di usia anak kecil,” katanya.

Oleh karenanya banyak kebutuhan berkeluarga berencana yang tidak terpenuhi (unmet need) pada pasangan usia subur pun ikut meningkat. Padahal interval kelahiran dan interval kehamilan sangat menentukan kesehatan ibu dan bayi.

Eni melanjutkan BKKBN guna mengatasi hal tersebut, telah menyiapkan alat kontrasepsi berbagai macam jenis dengan kualitas tinggi serta gratis, sehingga dapat digunakan oleh ibu pasca persalinan agar dapat mengistirahatkan tubuhnya, setelah berjuang selama sembilan bulan.

Pelatihan pelayanan kontrasepsi juga sudah dilakukan pada tenaga kesehatan di lapangan, sembari menyebarkan informasi dan sosialisasi konsekuensi jangka panjang yang disebabkan oleh stunting ataupun pernikahan dini.

BKKBN sendiri juga sedang memperjuangkan anggaran untuk dapat mendukung pelayanan kontrasepsi bagi pasien BPJS dan penggunaan dana DAK dalam bentuk biaya operasional keluarga berencana di lapangan, sebagaimana yang telah diamanatkan oleh negara.

Pemantauan pada delapan indikator i Bangga yang mengindikasikan kenyamanan, ketentraman serta kebahagiaan juga terus dilakukan agar benar dapat mewujudkan keluarga Indonesia yang berkualitas dan sejahtera.

“Kami harapkan ini menjadi bagian dari kenyamanan ibu-ibu yang melahirkan. Setiap alat kontrasepsi sudah tersedia di mejanya ibu ketika selesai bersalin langsung digunakan alat kontrasepsi dan juga terjamin nanti ibunya bisa kembali pemulihan dan anaknya menjadi anak yang berkualitas,” ucapnya.*

Baca juga: BKKBN: mengeluarkan siswi hamil langgar hak anak

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022