Melbourne (ANTARA) - Harga minyak tergelincir di perdagangan Asia pada Selasa pagi, memangkas kenaikan tiga persen sesi sebelumnya, karena kesepakatan OPEC+ untuk memangkas produksi sebesar 100.000 barel per hari pada Oktober dipandang sebagai langkah simbolis untuk membendung penurunan pasar baru-baru ini.

Minyak mentah berjangka Brent melemah 33 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 95,44 dolar AS per barel pada pukul 00.54 GMT.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik tipis dari Senin (5/9/2022) menjadi diperdagangkan di 89,13 dolar AS per barel, dan terangkat 2,26 dolar AS atau 2,6 persen dari penutupan Jumat (2/9/2022). Tidak ada penyelesaian pada Senin (5/9/2022) karena libur Hari Buruh AS.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, bersama-sama disebut OPEC+, memutuskan untuk membalikkan kenaikan 100.000 barel per hari untuk September setelah produsen utama Arab Saudi dan anggota lainnya menyuarakan keprihatinan tentang penurunan harga sejak Juni meskipun pasokan terbatas.

Analis yang tidak memperkirakan kesepakatan bahkan setelah Arab Saudi mengatakan ingin menopang harga, mengatakan pemotongan itu sebagian besar simbolis mengingat OPEC+ tidak dapat memenuhi target produksinya.

"Langkah ini menunjukkan mereka tetap serius dalam mendukung harga, meskipun faktanya pemotongan tersebut akan berdampak kecil pada dinamika penawaran/permintaan dalam jangka pendek," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.

Lebih lanjut mendukung harga, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa mengatakan dia kurang berharap untuk segera mencapai kesepakatan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dengan Iran, yang akan menunda pengembalian sekitar 1 juta barel per hari minyak mentah Iran ke pasar.

Ekonom senior Westpac, Justin Smirk mengatakan kembalinya minyak Iran mungkin hanya akan mengimbangi kehilangan produksi dari Rusia, sehingga pasokan yang lebih luas tidak mungkin banyak berubah.

Dia mengatakan OPEC+ akan puas bahwa minyak bertahan sekitar 90 dolar AS per barel.

"Anda mengalami guncangan pertumbuhan, kenaikan suku bunga dan dolar AS yang kuat serta harga belum turun secara berarti - mencerminkan pasar yang ketat. Saya belum dapat melihat mengapa OPEC ingin mengubahnya," kata Smirk.


Baca juga: OPEC+ kemungkinan pertahankan kuota atau kurangi produksi kecil
Baca juga: Minyak melonjak di Asia, pertemuan OPEC+ diperkirakan pangkas produksi
Baca juga: Harga minyak menguat di perdagangan Asia jelang pertemuan OPEC+

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022