Semakin banyak negara mengakui peran jamu dalam sistem kesehatan nasional
Jakarta (ANTARA) - Obat herbal sebagai bagian dari konsep Farmasi Hijau sedang menjadi fokus para peneliti dan industri farmasi di dunia, termasuk negara-negara G20 kata seorang pejabat di Kementerian Kesehatan RI.

"Saat ini semakin banyak negara yang mengakui peran jamu dalam sistem kesehatan nasional mereka. Di China, penggunaan obat herbal sudah mapan untuk tujuan kesehatan," kata Dirjen Farmalkes Kemenkes Lucia Rizka Andalusia saat menyampaikan pemaparan dalam agenda T20 Indonesia Summit yang diikuti dari YouTube T20 Indonesia di Jakarta, Selasa.

Di Jepang, 50-70 persen jamu telah diresepkan. Sementara itu, Kantor Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Amerika melaporkan 71 persen penduduk Chili dan 40 persen penduduk Kolombia menggunakan obat tradisional, kata Rizka.

"Bahkan di antara negara maju, obat herbal sangat populer. Penggunaan jamu oleh penduduk di Perancis mencapai 49 persen, Kanada 70 persen, Inggris 40 persen, dan Amerika Serikat 42 persen. Inilah kondisi pasar ekspor jamu ke depan," katanya.

Ia mengatakan tantangan yang dihadapi obat herbal saat ini adalah kurangnya dukungan keuangan untuk penelitian tentang tes cepat molekuler dan pengobatan herbal.

Baca juga: T20: Green Pharmacy untuk arsitektur kesehatan global

Baca juga: BRIN dorong intensifikasi riset pengembangan fitofarmaka


Selain itu, kemauan politik dan kapasitas untuk memantau keamanan produk masih kurang memadai untuk pengembangan sistem informasi dan analisis, serta integrasi ke dalam sistem kesehatan.

Rizka mengatakan Indonesia memiliki sekitar 143 hektare hutan tropis, dengan 28.000 spesies tumbuhan, 32 ribu bahan telah dimanfaatkan. "Indonesia dengan 217 juta penduduk tetap menjadi pemain utama baru untuk farmasi hijau dengan produk jamu," katanya.

Kementerian Kesehatan RI telah menjadikan ketahanan sektor farmasi sebagai satu dari enam pilar transformasi sistem kesehatan. Hal itu menjadi dukungan pemerintah dalam pengembangan dan pemanfaatan jamu di bidang kesehatan.

Kemenkes mendorong pemanfaatan Green Pharmacy melalui pengembangan penelitian hingga penanganan dan pemanenan bahan baku untuk memastikan standar kualitas dalam produksi.

"Kami menyelaraskan upaya untuk mendukung UKM untuk mengembangkan bisnis dan pasar mereka. Di situs permintaan, kami menyediakan Formularium Fitofarmaka yang diluncurkan pada semester pertama tahun ini," katanya.

Selain itu, kata Rizka, pemerintah juga menyediakan dana alokasi khusus bagi pemerintah daerah untuk menggunakan produk lokal.

Baca juga: Kerja sama obat tradisional Indonesia-China diupayakan diperluas

Baca juga: BPOM: Produksi obat berbahan alam potensi besar untuk dikembangkan

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022