Jakarta (ANTARA) -
Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon menilai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) berpotensi memberikan dampak kepada industri asuransi jiwa, jika memicu peningkatan inflasi yang tinggi.

"Karena kalau harga-harga jadi mahal atau meningkat jauh, otomatis uang yang bisa dibelanjakan untuk keperluan lain berkurang, itu betul," kata Budi di Jakarta, Selasa.

Kendati begitu ia belum bisa membeberkan lebih lanjut seberapa besar kenaikan harga BBM akan memicu peningkatan inflasi, lantaran masih harus menunggu beberapa bulan ke depan untuk melihat efeknya lebih jelas.

Menurut Budi, kenaikan harga BBM sudah pernah terjadi beberapa kali dalam tahun-tahun terakhir di Indonesia dan industri asuransi jiwanya masih bisa terus bertahan dan berkelanjutan di tengah kondisi tersebut, sehingga diharapkan keadaannya akan sama seperti saat ini.

Baca juga: AAJI: Asuransi jiwa bayarkan klaim Rp83,93 triliun pada semester I

Bahkan kini asuransi kesehatan, syariah, dan kumpulan, tercatat cenderung meningkat, yang menunjukkan terdapat kebutuhan yang sangat spesifik dari masyarakat atau sebagian perusahaan yang harus mampu dijawab oleh industri asuransi jiwa.

Meski terdapat kenaikan, dia menilai peningkatan harga BBM saat ini tidak berlebihan, bahkan ada beberapa jenis BBM tertentu yang harganya justru menurun.
"Jadi kami masih melihat kalaupun terjadi kenaikan inflasi, tidak akan setinggi seperti di beberapa negara lain," tegasnya.

Dengan kondisi tersebut, ia pun tetap optimistis dengan pertumbuhan asuransi jiwa ke depannya. Bahkan, terdapat kemungkinan pendapatan premi asuransi jiwa semester II-2022 akan lebih baik dari semester I 2022 yang sebesar Rp95,7 triliun.

Baca juga: AAJI sebut penetrasi asuransi jiwa di Indonesia masih rendah

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022