untuk memperkuat komitmen atau tindakan nyata dalam rangka pencegahan dan perawatan gizi buruk di Bumi Cenderawasih.
Jayapura (ANTARA) - Unicef Papua menggelar lokakarya penanganan gizi buruk terintegrasi tingkat provinsi dengan menggandeng tokoh agama, tokoh adat, DPR Papua, Majelis Rakyat Papua (MRP) dan Dinas Kesehatan setempat.

Officer Nutrisi Unicef perwakilan Papua dan Papua Barat Dwi Krisnanto di Jayapura, Selasa mengatakan lokakarya penanganan gizi buruk dilaksanakan bertujuan untuk memperkuat komitmen atau tindakan nyata dalam rangka pencegahan dan perawatan gizi buruk di Bumi Cenderawasih.

Menurut Dwi, pihaknya melihat anak-anak gizi buruk di Papua sangat sedikit ditemukan sehingga dirasa perlu untuk bersama dengan para tokoh agama, adat dan legislatif guna meningkatkan penapisan atau rujukan balita gizi buruk.

"Ini penting karena kalau bicara soal gizi buruk berarti sangat berkontribusi untuk pencegahan ataupun percepatan penurunan angka stunting juga," katanya.

Dia menjelaskan pihaknya berharap dengan melibatkan tokoh agama, tokoh adat dan legislatif ke depan ada kebijakan secara khusus terkait mobilisasi sumber daya bersifat pembiayaan dan Sumber Daya Manusia (SDM).

"Sehingga bisa bersama-sama mencapai tujuan dalam penanganan gizi buruk di Papua lebih maksimal lagi," ujarnya.

Dia menambahkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018 pihaknya mencatat gizi buruk di Papua sebesar 10,8 persen.

"Kemudian dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 angka wasting atau gizi kurang dan gizi buruk sekitar 8,8 persen," katanya lagi.

Dengan demikian pihaknya menargetkan pada 2024 penurunan gizi buruk di provinsi paling timur Indonesia ini menjadi tujuh persen.

Sekadar untuk diketahui lokakarya penanganan gizi buruk terintegrasi tingkat provinsi dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Papua Robby Kayame pada Selasa, (6/9)
Baca juga: Unicef kenalkan program deteksi dini gizi buruk balita di Sulsel
Baca juga: YAICI: Edukasi gizi jangan hanya di wilayah berangka stunting tinggi
Baca juga: Bayi prematur berisiko dua hingga tiga kali lipat menderita stunting

Pewarta: Ardiles Leloltery
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022