Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Prof E Aminudin Aziz mengatakan gerakan literasi harus dilakukan secara bersama-sama atau bergotong royong dan melibatkan pihak-pihak terkait.

“Dalam perspektif kami, literasi merupakan kepentingan bersama. Orang atau bangsa yang kuat, selalu dikaitkan dengan tingkat literasi. Oleh karena itu, membangun kecakapan literasi sejak dini harus dikerjakan secara benar dengan arah yang juga benar,” ujar Aminudin di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, pihaknya mengajak semua pihak yang terlibat untuk menjadikan program literasi tersebut sebagai program bersama.

Baca juga: Kemendikbudristek fokus pembangunan literasi jenjang PAUD dan SD

“Ini program bersama, jangan lagi dilakukan masing-masing. Program bersama yang dilakukan secara bersama-sama,” ucapnya.

Sebelumnya, program Gerakan Literasi Nasional (GLN) melibatkan berbagai kementerian dan lembaga terkait, di antaranya Perpusnas, Kemendes PDTT, Kemendagri, dan lainnya dengan Kemendikbudristek sebagai koordinator.

Untuk Kemendikbudristek, terdapat empat unit utama yang menjadi pendukung gerakan itu, di antaranya Ditjen PAUD Dasmen, Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), serta Badan Bahasa.

Badan Bahasa, sejak 2016 mendapatkan tugas menyelenggarakan kegiatan pengadaan buku bacaan yang menarik bagi siswa PAUD hingga SMA/SMK dan pendistribusian buku bekerja sama dengan unit lain di kementerian.

Selama lima tahun pelaksanaannya, Badan Bahasa menyediakan sebanyak 748 judul buku pengayaan literasi untuk jenjang PAUD hingga SMA. Buku-buku tersebut memiliki berbagai tema, mulai dari keindahan alam, kerukunan hidup beragama, legenda, teknologi, kuliner, dan lainnya.

“Kami kirimkan ke wilayah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) yang menjadi fokus pengembangan literasi,” ucapnya.

Baca juga: Perpustakaan dituntut ambil peran utama peningkatan literasi

Namun, dalam dua tahun terakhir, pihaknya melakukan evaluasi terhadap gerakan tersebut. Pihaknya mengajukan sejumlah perubahan agar gerakan literasi tersebut dapat menjadi gerakan bersama yang juga dikerjakan secara bersama-sama.

Perubahan yang dilakukan, mulai dari sisi konsep, pelaksanaan di lapangan, dan juga koordinasi. Dari sisi konsep literasi, perlu adanya pembiasaan dari kecil dengan kegiatan literasi, sehingga akan meningkat kemampuannya.

“Karena alat utamanya adalah buku, buku yang disediakan betul-betul yang diminati oleh siswa. Jangan-jangan sekarang bukunya banyak, tapi tidak diminati siswa,” katanya.

Pada pelaksanaan di lapangan, buku-buku di sekolah tidak hanya disimpan, tetapi dilakukan pendampingan pada guru dan orang tua dalam memanfaatkan buku-buku itu.

Baca juga: Jaringan Aktivis Nusantara: Literasi modal penting di era disrupsi

Baca juga: Kemendikbud izinkan buku gerakan literasi nasional diperbanyak


Selanjutnya, untuk koordinasi, juga perlu diidentifikasi tiap kementerian atau lembaga terkait tugasnya masing-masing dalam gerakan literasi itu. Pihaknya pernah menyampaikan gagasan tersebut di media dan disambut baik oleh Kemenko PMK.

“Dari situ muncul peta jalan untuk peningkatan budaya literasi. Ini sekarang digodok menjadi Perpres. Aturan ini akan mengatur penyelenggaraan literasi. Semua orang mengerti bahwa urusan literasi adalah urusan yang fundamental, semua orang memerlukan dan semua orang literat,” ujarnya.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022