London (ANTARA) - Euro melayang di atas level terendah dua dekade Selasa (6/9/2022) pada Kamis pagi, karena investor menunggu keputusan kebijakan dari Bank Sentral Eropa (ECB) dan komentar dari kepala Federal Reserve untuk wawasan tentang jalur global pengetatan moneter.

ECB diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps), mengambil suku bunga simpanannya di atas nol untuk pertama kalinya sejak 2012, tetapi opsi kenaikan 50 basis poin yang lebih kecil belum dikesampingkan.

"Kami memperkirakan ECB hanya melakukan 50 basis poin hari ini, bukan pandangan konsensus 75," kata Chris Turner, kepala pasar di ING. "Jika itu masalahnya, kami pikir euro-dolar mungkin terkoreksi kembali ke sekitar 0,99 dolar."

Pada pukul 07.47 GMT, euro diperdagangkan turun 0,3 persen pada 0,99795 dolar, bertahan di atas level terendah sejak akhir 2002 di 0,9864 dolar karena krisis energi Eropa membuat mata uang tunggal di bawah tekanan dan dolar berkuasa karena Fed mengulangi komitmennya untuk menurunkan inflasi ke targetnya.

Ketua Fed Jerome Powell dijadwalkan untuk berpartisipasi dalam diskusi pada pukul 13.10 GMT - tumpang tindih dengan konferensi pers pasca keputusan ketua ECB Lagarde - dengan pejabat Fed segera karena memasuki periode blackout sebelum pertemuan bank sentral 20-21 September.

Retorika Fed baru-baru ini terus menjadi hawkish secara keseluruhan.

Presiden Fed Boston Susan Collins mengatakan pada Rabu (7/9/2022) bahwa membawa inflasi kembali ke 2,0 persen adalah "Pekerjaan Utama" Fed, sementara Wakil Ketua Lael Brainard mengatakan kebijakan moneter ketat akan berlanjut "selama diperlukan untuk menurunkan inflasi."

Pasar uang memberikan peluang 79 persen bahwa Fed akan menaikkan 75 basis poin lagi pada pertemuan bulan ini, yang akan meningkatkan suku bunga fed fund menjadi 3,0 persen hingga 3,25 persen.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik tipis 0,1 persen menjadi 109,82, setelah mencapai puncaknya di 110,79 pada Rabu (7/9/2022), level yang tidak terlihat sejak Juni 2002.

Sterling melemah 0,4 persen menjadi 1,1486 dolar, kembali ke level terendah 37 tahun hari sebelumnya di 1,1407 dolar, menjelang pengumuman Perdana Menteri Inggris baru Liz Truss tentang rencananya untuk mengatasi tagihan energi yang melonjak.

Yen Jepang menunjukkan ketahanan pada Kamis, diperdagangkan sedikit berubah pada 143,77 per dolar, setelah mencapai level terendah 24 tahun di 144,99 pada sesi sebelumnya.

Yen telah menjadi korban khusus dari kekuatan dolar baru-baru ini, sebagian karena sensitivitasnya terhadap kenaikan imbal hasil jangka panjang AS karena taruhan Fed yang hawkish meningkat dan Bank Sentral Jepang (BOJ) tetap menjadi bank sentral yang dovish.

"Tekanan depresiasi yang sedang berlangsung pada yen telah meningkatkan kemungkinan perubahan kebijakan (dari BOJ) akhir tahun ini," kata analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan penelitian.

"Jika BOJ menurunkan YCC (kontrol kurva imbal hasil), perbedaan suku bunga vs AS akan berhenti melebar, dan kenaikan dolar/yen akan berhenti atau berbalik."

Pejabat dari Kementerian Keuangan Jepang, BOJ dan Badan Jasa Keuangan bertemu hari ini untuk membahas pasar keuangan global, kata Kementerian Keuangan (MOF).

Sementara itu, Aussie turun 0,5 persen menjadi 0,67345 dolar AS, sebelumnya jatuh serendah 0,6713 dolar AS setelah Gubernur RBA Lowe mengatakan dalam pidatonya "kasus untuk laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat menjadi lebih kuat ketika tingkat suku bunga naik."

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022