Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia merayap sedikit lebih tinggi pada awal perdagangan Jumat, karena dolar melemah dengan pasar berubah lebih tenang setelah rekor kenaikan suku bunga dari Bank Sentral Eropa (ECB) dan komentar hawkish dari Ketua Federal Reserve (Fed) AS memperkuat taruhan pengetatan agresif ke depan.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang menguat 0,3 persen di awal perdagangan Jumat. Tetapi indeks MSCI menuju penurunan mingguan 1,2 persen, terpukul oleh serangkaian kenaikan suku bunga yang terlalu besar dari bank-bank sentral global minggu ini - dan ekspektasi lebih banyak lagi yang akan datang.

Indeks Nikkei Jepang terangkat 0,3 persen, indeks saham unggulan China CSI300 meningkat 0,2 persen, sementara indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,4 persen.

Semalam, indeks-indeks utama Wall Street membukukan kenaikan moderat setelah aksi jual besar-besaran di awal pekan. S&P 500 berjangka naik 0,3 persen dan Nasdaq berjangka naik 0,5 persen, sebagai tanda peningkatan selera risiko karena pasar stabil.

Ketua Fed Jerome Powell pada Kamis (8/9/2022) mengatakan bank "berkomitmen kuat" untuk mengendalikan inflasi tetapi masih ada harapan itu dapat dilakukan tanpa "biaya sosial yang sangat tinggi" yang terlibat dalam pertarungan inflasi sebelumnya.

"Dengan Powell menawarkan sedikit dorongan terhadap perkiraan pasar, kami berpikir bahwa FOMC akan menegaskan ekspektasi pasar. Selain itu, kami sekarang memperkirakan kenaikan 50 basis poin pada November, meskipun itu kurang menyenangkan," kata analis di Barclays.

Baca juga: Dolar naik terhadap yen dan euro jatuh, The Fed perkuat sikap hawkish

Suku bunga berjangka AS telah memperkirakan peluang 86 persen The Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin lagi pada pertemuan bulan ini, yang akan meningkatkan suku bunga dana Fed menjadi 3,0 persen hingga 3,25 persen. Itu naik dari probabilitas 77 persen sehari sebelumnya.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik sedikit pada Jumat pagi, dengan imbal hasil pada obligasi dua tahun merayap 4 basis poin lebih tinggi menjadi 3,5264 persen. Imbal hasil obligasi 10-tahun mencapai 3,3284 persen, dibandingkan dengan penutupan sebelumnya sebesar 3,2920 persen.

Di seberang Atlantik, Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga dengan rekor 75 basis poin dan juga mengisyaratkan kenaikan lebih lanjut untuk melawan inflasi, bahkan ketika ekonomi blok itu menuju kemungkinan resesi musim dingin.

Itu mengirim imbal hasil obligasi pemerintah zona euro melonjak dan mendukung euro. Imbal hasil obligasi dua tahun Jerman naik lebih dari 20 basis poin menjadi 1,326 persen, tertinggi sejak 2011, sementara imbal hasil obligasi 10-tahun naik 14 basis poin menjadi 1,71 persen.

Euro naik 0,5 persen menjadi diperdagangkan di 1,0049 dolar dan berhasil berdiri di atas paritas dengan dolar AS.

Baca juga: Rupiah jelang akhir pekan berpotensi menguat, ditopang bunga ECB naik

Dolar melemah 0,3 persen terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. Namun, untuk minggu ini, telah melonjak 2,6 persen terhadap yen yang sensitif terhadap suku bunga. Yen telah menjadi korban dari sikap moneter dovish dari bank sentral Jepang, berbeda dengan kenaikan suku bunga di tempat lain.

Harga minyak turun di awal perdagangan pada Jumat dan menuju penurunan mingguan 4,0 persen di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif bank-bank sentral dan pembatasan COVID-19 China akan merugikan permintaan.

Harga minyak mentah AS turun 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 89,07 dolar AS per barel sementara minyak mentah Brent naik menjadi diperdagangkan di 89,07 dolar AS per barel.

Di tempat lain, pemimpin baru Inggris, Liz Truss, pada Kamis (8/9/2022) mengumumkan batas atas melonjaknya tagihan energi konsumen selama dua tahun untuk meredam guncangan ekonomi akibat perang di Ukraina.

Emas sedikit lebih tinggi. Emas di pasar spot diperdagangkan pada 1.713,99 dolar AS per ounce.

Baca juga: Harga emas berbalik turun 7,60 dolar, setelah pernyataan Ketua The Fed
Baca juga: Harga minyak bangkit dari terendah, saat Rusia ancam setop ekspor

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022