Jakarta (ANTARA) - Pembinaan olahraga yang kini sudah dimulai di sentra pelatihan di beberapa perguruan tinggi harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan usia atlet, jangan sampai prosesnya justru dilakukan terburu-buru hanya demi mengejar prestasi, demikian disampaikan Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Johansyah Lubis.

"Mereka jangan sampai gugur sebelum berkembang sehingga latihannya harus sesuai dengan usia latihan. Sebab, untuk pembinaan dengan konsep long-term athlete development (LTAD) ini kan mereka tahapannya masih learning to train atau belajar untuk latihan. Mana yang boleh dilatih, mana yang enggak boleh," kata Johansyah saat diwawancarai ANTARA dalam rangka peringatan Hari Olahraga Nasional ke-39, Jumat.

"Saya sudah mewanti-wanti ke tim pelatih jangan terburu-buru mengejar prestasi," tegasnya.

Johansyah berkaca pada kejadian di beberapa Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) di sejumlah daerah yang menerapkan pelatihan yang tidak sesuai dengan usia atlet. Ia mencontohkan untuk melatih kekuatan otot, para atlet bahkan ada yang dipaksa untuk mengangkat beban di atas 80 persen dari 1 RM atau beban terberat yang masih mampu mereka angkat dalam satu kali angkatan.

Baca juga: Haornas 2022, bersama cetak juara, dan implementasi DBON

UNJ menjadi satu di antara empat kampus yang dipilih pemerintah sebagai sentra pelatihan implementasi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) karena dinilai memiliki fasilitas olahraga yang cukup lengkap serta laboratorium penunjang sport science.

Pada tahun ajaran ini, ada 32 anak usia rata-rata 12 tahun atau yang duduk di kelas 1 SMP yang akan mengikuti program DBON di UNJ untuk lima cabang olahraga, yaitu atletik, menembak, panahan, panjat tebing, dan balap sepeda BMX.

Adapun proses seleksi dilakukan secara terbuka oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan mengikuti standar yang telah ditetapkan seperti aspek antropometri, kesehatan dan biomotorik atau kemampuan fisik, serta tes skill sesuai cabang olahraga pilihan masing-masing.

Kebutuhan siswa yang terpilih untuk mengikuti program latihan DBON itu seluruhnya ditanggung negara, termasuk akomodasi, transportasi, uang saku dan uang sekolah. Kampus juga menyediakan fasilitas tenaga medis, fisioterapis, analis performa, biomekanik untuk mendukung perkembangan para calon atlet.

Para calon atlet itu akan dilatih oleh tim pelatih dan tenaga pendukung yang juga telah melalui proses seleksi oleh Kemenpora dan induk cabang olahraga.

Baca juga: Jalan masih panjang menuju kejayaan prestasi olahraga Indonesia

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2022