Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin sore, karena prospek permintaan bahan bakar global dibayangi oleh pembatasan COVID-19 di China dan potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut di Amerika Serikat dan Eropa.

Harga minyak mentah berjangka Brent jatuh 1,01 dolar AS atau 1,1 persen, menjadi diperdagangkan di 91,83 dolar AS per barel pada pukul 06.30 GMT, setelah menetap 4,1 persen lebih tinggi pada Jumat (9/9/2022).

Sementara itu harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 1,13 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi diperdagangkan di 85,66 dolar AS per barel, setelah melonjak 3,9 persen di sesi sebelumnya.

Harga sedikit berubah minggu lalu karena keuntungan dari pengurangan pasokan nominal oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, diimbangi oleh penguncian yang sedang berlangsung di China, importir minyak mentah utama dunia.

Permintaan minyak China dapat berkontraksi untuk pertama kalinya dalam dua dekade tahun ini karena kebijakan nol-COVID Beijing membuat orang tetap di rumah selama liburan dan mengurangi konsumsi bahan bakar.

"Adanya hambatan yang tersisa dari pembatasan virus baru China dan moderasi lebih lanjut dalam kegiatan ekonomi global masih dapat menarik beberapa keraguan atas kenaikan yang lebih berkelanjutan," kata Ahli Strategi Pasar di IG, Jun Rong Yeap.

Baca juga: China perketat pembatasan COVID-19 di Guangzhou dan kota-kota lain

"Negatif keseluruhan tampaknya lebih besar daripada positif," kata Yeap, menambahkan 85 dolar AS untuk harga minyak mentah Brent bisa terlihat.

Sementara itu Bank Sentral Eropa (ECB) dan Federal Reserve (Fed) bersiap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut guna mengatasi inflasi, yang dapat mengangkat nilai dolar AS terhadap mata uang utama lainnya dan membuat minyak dalam denominasi dolar lebih mahal bagi investor.

"Kekhawatiran permintaan berpusat pada dampak kenaikan suku bunga untuk memerangi inflasi dan kebijakan nol COVID China," tulis analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar dalam sebuah catatan.

Namun harga minyak global mungkin rebound menuju akhir tahun - pasokan diperkirakan akan semakin ketat ketika embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia mulai berlaku pada 5 Desember.

G7 akan menerapkan batas harga minyak Rusia untuk membatasi pendapatan ekspor minyak Rusia yang menguntungkan setelah invasi ke Ukraina pada Februari, dan berencana untuk mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa minyak masih bisa mengalir ke negara-negara berkembang. Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus".

Baca juga: Harga minyak turun di Asia, di tengah kekhawatiran lemahnya permintaan

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022