New York (ANTARA) - Seperti halnya pada COVID-19, warga Amerika Serikat (AS) kulit hitam dan Hispanik menanggung beban yang tidak proporsional dalam kasus cacar monyet (monkeypox), yang jumlahnya telah melampaui 20.000 kasus di AS, jumlah infeksi terbanyak yang dilaporkan di dunia.

Ada tanda-tanda bahwa peningkatan jumlah infeksi di negara itu melambat tetapi kesenjangan rasial memburuk dalam kasus cacar monyet dan akses vaksin.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS, lebih dari 38 persen kasus cacar monyet terjadi di kalangan warga kulit hitam, yang hanya mewakili 13,6 persen dari populasi AS.

Sementara itu, warga Hispanik atau Latino menyumbang 28,3 persen dari total kasus cacar monyet per 3 September, dibandingkan dengan porsinya dalam populasi AS yang hampir 19 persen.

Sebaliknya, angka warga kulit putih dalam total kasus turun dari 75 persen per 20 Mei lalu menjadi 27,5 persen per 3 September. Sebanyak 75,8 persen populasi AS adalah orang kulit putih, menurut perkiraan Biro Sensus AS pada pertengahan 2021.

Tren serupa dalam kesenjangan rasial dapat dilihat di sejumlah negara bagian dan kota di AS dengan jumlah kasus cacar monyet terbanyak.

Kurangnya kepercayaan dan komunikasi antara departemen kesehatan dan komunitas kulit hitam mengakibatkan disparitas rasial, yang diperburuk oleh stigma dan sejarah panjang pengabaian medis dan pelanggaran terhadap pasien kulit hitam, menurut laporan di Gothamist.com, mengutip Dr. Robert Fullilove, seorang profesor ilmu sosial-medis klinis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Mailman Columbia University.

Kaiser Family Foundation, sebuah organisasi penelitian kesehatan yang berbasis di AS, menyatakan dalam laporan sebelumnya bahwa "kesenjangan struktural yang mendasari menyebabkan warga kulit berwarna mengalami peningkatan risiko ancaman kesehatan masyarakat, seperti yang terlihat pada COVID-19 dan seperti yang mulai teramati di tengah wabah cacar monyet."

Diproduksi oleh Xinhua Global Service


 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022