Euro terakhir menguat 0,06 persen menjadi 1,01285 dolar
Singapura (ANTARA) - Dolar menahan kerugian di sesi Asia pada Selasa pagi, menjelang data inflasi AS yang diperkirakan investor mungkin menunjukkan beberapa tanda pelemahan, sementara euro naik karena komentar hawkish dari pembuat kebijakan bahwa suku bunga perlu ditingkatkan lebih lanjut.

Euro terakhir menguat 0,06 persen menjadi 1,01285 dolar, setelah mencapai level tertinggi hampir satu bulan di 1,0198 dolar di sesi sebelumnya dan naik 0,76 persen semalam.

Sterling terdongkrak 0,01 persen menjadi diperdagangkan di 1,1684 dolar, setelah naik 0,86 persen semalam, kenaikan harian terbesar dalam sebulan.

Kiwi dan yen juga menambah keuntungan kecil di awal perdagangan Asia terhadap dolar yang lebih lemah.

Data inflasi AS akan dirilis pada pukul 12.30 GMT dan konsensusnya adalah bahwa tingkat inflasi inti bulan lalu telah meningkat 0,3 persen bulan ke bulan, sama seperti pada Juli. Kenaikan dolar baru-baru ini telah melambat karena ekspektasi pasar bahwa inflasi yang memuncak akan berarti kenaikan suku bunga yang kurang agresif dari Federal Reserve.

Seperti itu, survei ekspektasi konsumen bulanan Fed New York menunjukkan pada Senin (12/9/2022) bahwa ekspektasi inflasi konsumen AS turun lebih lanjut pada Agustus karena penurunan harga bensin.

"Hasil IHK (Indeks Harga Konsumen) akan menjadi sangat penting bagi The Fed ... mungkin akan membutuhkan akselerasi, hasil yang kuat dalam IHK, akan melihat mereka naik 75 basis poin," kata Kristina Clifton, ekonom senior dan ahli strategi mata uang senior di Commonwealth Bank of Australia, dikutip dari Reuters.

"Jika kita mendapatkan pembacaan yang secara luas sejalan dengan apa yang diharapkan oleh konsensus, kita akan mengatakan mereka akan naik 50 basis poin."

Namun, dana berjangka Fed masih menyiratkan peluang 91 persen untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) minggu depan.

Euro telah menikmati jeda di atas paritas berkat suara hawkish dari Bank Sentral Eropa. Pekan lalu, lima sumber yang dekat dengan masalah tersebut mengatakan suku bunga acuan Eropa bisa naik menjadi 2,0 persen atau lebih.

Pejabat semalam juga menegaskan kembali pandangan mereka bahwa suku bunga perlu terus meningkat, dan itu akan tergantung pada data yang akan datang.

Institut Ifo, berbalik dari perkiraan tiga bulan sebelumnya, mengatakan pada Senin (12/9/2022) bahwa ekonomi Jerman akan berkontraksi tahun depan karena kenaikan biaya energi.

"Kami jelas melihat penurunan euro daripada kenaikan ... kami memperkirakan euro akan turun kembali di bawah paritas dan bertahan cukup lama, terutama sementara semua masalah seputar pasokan energi masih berperan," kata Clifton.

Terhadap yen Jepang, dolar melemah 0,09 persen menjadi 142,69, dengan pembicaraan tentang intervensi dari pejabat Jepang memberikan sedikit dukungan terhadap penurunan mata uang.

Peningkatan luas dalam sentimen risiko mengangkat dolar Australia dan Selandia Baru 0,6 persen semalam, tetapi pergerakan Selasa sedikit di depan data IHK AS.

Aussie turun 0,12 persen menjadi diperdagangkan di 0,6880 dolar AS di awal perdagangan Asia, sementara kiwi datar di 0,6137 dolar AS.

Indeks dolar AS berdiri kokoh di 108,2, setelah jatuh 0,7 persen semalam, penurunan harian terbesar sejak Agustus.

Baca juga: Dolar jatuh ke level terendah dua inggu jelang data inflasi AS
Baca juga: Rupiah awal pekan ditutup melemah, dibayangi kebijakan moneter The Fed
Baca juga: Euro naik karena sinyal "hawkish" ECB, dolar bertahan jelang data IHK

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022