Badung (ANTARA) - Kamar Dagang dan Industri (KADIN) di depan pejabat senior bidang ketenagakerjaan negara anggota G20 mengingatkan pasar kerja yang inklusif gender merupakan kunci transformasi untuk beradaptasi di era digital.

Ketua Umum KADIN Arsjad Rasjid menyampaikan jika pemerintah dan sektor swasta dapat bekerja sama mewujudkan kesetaraan dan ruang yang inklusif gender, maka ada potensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi global sampai 14 triliun dolar AS atau setara dengan Rp208.596,5 triliun pada 2030.

Oleh karena itu, Arsjad sebagaimana dikutip dari siaran tertulisnya yang diterima di Denpasar, Rabu, menyampaikan KADIN mendukung penuh rekomendasi kebijakan kelompok bisnis negara anggota G20/B20 Indonesia.

“B20 melalui Women in Business Action Council menaruh perhatian besar pada isu kesetaraan gender, melalui legacy One Global Women Empowerment yang mendukung perempuan di sektor bisnis melalui pemberdayaan, peningkatan kapasitas digital, dan kebijakan yang berpihak pada lingkungan kerja yang aman dan setara,” kata Arsjad saat menghadiri G20 Labour and Employment Ministers Networking Dinner with Social Partners di Jimbaran, Badung, Bali, Selasa (13/9), sebagaimana dikutip dari siaran tertulisnya, Rabu.

Arsjad menyampaikan saat ini situasinya sejumlah inisiatif banyak yang telah diterapkan, tetapi akses terhadap perempuan di dunia kerja belum sepenuhnya terbuka.

“Untuk mengatasi masalah ini, Satuan Tugas Masa Depan Pekerjaan dan Pendidikan telah merumuskan rekomendasi kebijakan untuk mempercepat penciptaan lapangan kerja dan transisi kerja, peningkatan pendidikan dan sistem pembelajaran seumur hidup, serta memastikan pasar kerja yang inklusif di dunia pascapandemi,” kata dia.

Ia kembali menegaskan sektor swasta juga mengemban tanggung jawab menciptakan ruang kerja yang inklusif dan kondusif terhadap semua gender.

Untuk itu, perusahaan harus menunjukkan komitmennya dalam bentuk kebijakan dan peraturan yang memastikan adanya inklusivitas di tempat kerja, kata Arsjad.

Namun tidak cukup pada sektor swasta, kolaborasi bersama sektor publik juga krusial, ia menambahkan.

“Saya percaya melalui kolaborasi ini, kita dapat mewujudkan (ruang kerja yang) inklusif, kolaboratif, dan pertumbuhan berkelanjutan untuk masa depan tenaga kerja di semua negara G20,” kata Arsjad.

Di acara dan siaran tertulis yang sama, Chair/Ketua B20 Indonesia Shinta Kamdani menyampaikan pihaknya bersama L20 (Kelompok Kerja G20 untuk Tenaga Kerja) telah mengidentifikasi sejumlah masalah yang perlu diatasi bersama, yaitu pekerjaan yang produktif, modern, dan layak; kondisi upah yang layak; dan kebijakan nondiskriminatif dan mendukung kesetaraan gender.

“B20 dan L20 telah berkolaborasi erat mengatasi tantangan global dan geopolitik melalui penyusunan rekomendasi tripartit dalam rangka mendorong reformasi kondisi ketenagakerjaan yang lebih baik, khususnya untuk mengatasi kesenjangan peluang dan kondisi tenaga kerja antara negara maju dan berkembang,” kata Shinta.

Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan RI Ida Fauziyah menyambut baik kolaborasi antara B20 dan L20 yang ditunjukkan pada sela-sela rangkaian kegiatan G20 Labour and Employment Ministers Meeting (LEMM).

“Saya yakin ini akan memberikan dampak yang baik di tingkat nasional dan global untuk menghadapi tantangan tenaga kerja di tengah situasi yang tidak pasti,” kata Ida Fauziyah.

Baca juga: Kadin sebut langkah pemerintah terkait alokasi APBN untuk bansos tepat

Baca juga: Kadin: Pinjol ilegal rusak tatanan industri keuangan digital

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022