Jakarta (ANTARA) - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencetak laba Rp1,47 triliun pada semester I 2022, meningkat 59,87 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp920 miliar.

Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan, pencapaian kinerja pada paruh pertama 2022 yang positif tersebut merupakan buah dari transformasi yang dilaksanakan seluruh jajaran BTN dalam mencapai target bisnis yang telah ditetapkan.

"Kami optimis hingga akhir tahun 2022 ini, kinerja Bank BTN akan semakin baik dengan berbagai strategi bisnis yang dijalankan," ujar Haru dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Menurut Haru, kenaikan laba bersih perseroan ditopang oleh keberhasilan Bank BTN menjalankan inisiatif strategis di semester I 2022 antara lain peningkatan penyaluran kredit, biaya dana (cost of fund) yang berhasil ditekan seiring dengan peningkatan penghimpunan dana murah ditambah, juga dengan suksesnya Bank BTN melakukan perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang terus menurun.

Haru menjelaskan, sepanjang periode Januari-Juni 2022, emiten berkode saham BBTN itu berhasil menyalurkan kredit mencapai Rp286,152 triliun meningkat 7,61 persen dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp265,907 triliun. Penyaluran kredit perumahan masih mendominasi total kredit perseroan pada semester I 2022.

Baca juga: DPR minta Kemenkeu optimalkan modal hasil 'right issue' BTN

Ada pun kredit perumahan yang disalurkan Bank BTN hingga akhir Juni 2022 mencapai Rp251,914 triliun. Dari jumlah tersebut, KPR Subsidi pada semester I 2022 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp137,255 triliun, tumbuh 8,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp126,297 triliun. Sedangkan KPR Non Subsidi tumbuh 5,84 persen menjadi Rp85,305 triliun pada semester I 2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp80,598 triliun.

"Kami memacu kredit dengan sangat memperhatikan prinsip kehati hatian. Maka itu, rasio kredit bermasalah kami terus membaik. NPL Gross pada semester I tahun 2022 ini berada pada level 3,54 persen, lebih rendah dari sebelumnya di level 4,1 persen. Sedangkan NPL Nett sebesar 1,04 persen, turun dari posisi 1,87 persen," kata Haru.

Kenaikan kredit berdampak pada pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang tumbuh 35,97 persen pada semester I 2022 menjadi Rp7,74 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp5,69 triliun. Lonjakan NII tersebut membuat rasio net interest margin (NIM) Bank BTN juga mengalami kenaikan dari 3,41 persen pada akhir Juni 2021 menjadi 4,58 persen pada semester I 2022.

Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), Haru menyampaikan pada semester I 2022 perolehan DPK Bank BTN mencapai Rp307,309 triliun, naik 2,99 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp298,378 triliun. Dari jumlah tersebut perolehan dana murah atau CASA mencapai Rp137,453 triliun, naik sebesar 22,95 persen dibandingkan akhir Juni 2021 sebesar Rp111,798 triliun.

"Kenaikan CASA yang cukup tinggi tersebut membuat kontribusi dana murah mengalami kenaikan menjadi 44,73 persen dari total DPK Bank BTN pada semester I 2022," ujar Haru.

Haru menambahkan, kenaikan dana murah Bank BTN berhasil menekan biaya dana atau cost of fund Bank BTN pada semester I 2022 menjadi 2,35 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,45 persen. Fokus Bank BTN dalam menggenjot perolehan dana murah dan memangkas dana mahal, telah membuat total deposito perseroan mengalami penurunan 8,96 persen menjadi Rp169,86 triliun pada semester I 2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp186,58 triliun.

Baca juga: Dirkeu BNI sebut tak ada rencana penggabungan BNI dengan BTN

Sejalan dengan pertumbuhan bisnis konvensional, laba bersih Unit Usaha Syariah (UUS) Bank BTN atau BTN Syariah juga tumbuh positif pada semester I 2022. Laba bersih UUS BTN tersebut tercatat melonjak 118,06 persen dari Rp87,54 miliar pada semester I 2021 menjadi Rp190,9 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Capaian positif BTN Syariah tersebut didukung pertumbuhan bisnis yang stabil. Pada semester I 2022, pembiayaan syariah tercatat tumbuh 8,86 persen menjadi Rp29,24 triliun dibandingkan akhir semester I 2021 sebesar Rp26,86 triliun.

Sementara total DPK yang berhasil dihimpun BTN Syariah mencapai Rp30,49 triliun, tumbuh 13,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp26,89 triliun. Dengan capaian tersebut, aset BTN Syariah berhasil tumbuh 13,78 persen menjadi Rp40,35 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp35,46 triliun.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022